TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi mengomentari peringatan 18 tahun reformasi yang jatuh pada hari ini, Sabtu, 21 Mei 2016.
Menurut dia, reformasi yang terjadi pada 1998 tersebut ditandai oleh berakhirnya kekuasaan yang otoriter. Saat reformasi, kekuasaan yang penuh dengan praktek korupsi pun berakhir dengan lengsernya Presiden RI kedua, Jenderal (Purn) Soeharto.
"Gerakan reformasi adalah gerakan rakyat yang dimotori mahasiswa dan pemuda yang menghendaki berakhirnya pemerintahan yang korup, totaliter, dan menindas rakyat. Demokrasi menang. Rakyat menang. Kedaulatan kembali di tangan rakyat," ujar Budi dalam keterangan resminya, Sabtu, 21 Mei 2016.
Saat ini, menurut Budi, perjalanan reformasi mengalami pasang-surut dengan berbagai dinamikanya. "Tapi yang pasti rakyat telah bebas dari rasa takut. Kita harus mewarnai proses ini dengan menjadikan demokrasi semakin berguna dan produktif bagi kemajuan bangsa dan kesejahteraan rakyat," ucapnya.
Budi memuji pemerintahan Presiden Joko Widodo yang merupakan sebuah pemerintahan yang lahir dari keinginan dan kerinduan rakyat akan kepemimpinan nasional yang mau bekerja keras serta memperhatikan nasib rakyat. "Pemimpin rakyat pasti agendanya agenda rakyat," tutur Budi.
Menurut dia, Jokowi merupakan pemimpin rakyat tanpa beban masa lalu. "Dan juga bukan beban di masa depan," katanya. Dia pun meyakini masyarakat akan terus bergerak melakukan perubahan di berbagai bidang.
"Demokrasi dan reformasi harus jalan terus. Kami bertekad terus berjuang dan bekerja keras untuk itu," ucapnya. Projo merupakan relawan pendukung Joko Widodo.
ANGELINA ANJAR SAWITRI