TEMPO.CO, Medan - Dewan Daerah Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Utara menyebut perusakan hutan atau deforestasi di hulu Sibolangit penyebab banjir bandang di Lau Betimus dan kawasan air terjun dua warna di Sibolangit, Deli Serdang, Sumatera Utara.
Direktur Eksekutif Walhi Sumatera Utara, Kusnadi, menyatakan perusakan di hulu Lau Betimus, yakni di Gunung Sibayak di Kabupaten Karo, sangat masif. ”Kawasan hutan lindung Sibayak berubah fungsi menjadi kebun sawit dan karet. Pelakunya perorangan dan beberapa perusahaan lokal,” ujar Kusnadi kepada Tempo, Selasa, 17 Mei 2016.
Kusnadi mengatakan, persoalan terbesar di Karo adalah penegakan hukum bagi pelanggar tata ruang. Seharusnya, menurut dia, tidak boleh ada perubahan peruntukan di kawasan hutan lindung Karo yang bisa menyebabkan kawasan hilir dilanda bencana.
Adapun Camat Sibolangit Amos Karokaro mengakui hutan di hulu Lau Betimus memang sudah rusak. Dampak kerusakan itu, menurut Amos, adalah banjir bandang di Lau Betimus dan air terjun dua warna Sibolangit. ”Kami di Deli Serdang yang terkena dampak perusakan hutan di Karo atau di hulu Sibolangit, yakni Gunung Sibayak,” kata Amos. (Baca: Banjir Bandang Sibolangit, 21 Orang Hilang)
Pemerintah Deli Serdang, Amos menegaskan, sudah berulang kali melayangkan surat kepada Pemerintah Kabupaten Karo agar menghentikan deforestasi di sana. ”Jika deforestasi di Karo tak berhenti, warga Sibolangit hingga Kecamatan Sambahe terancam bencana besar,” ujar Amos.
Banjir bandang terjadi di Lau Betimus, Sibolangit. Saat air meluap secara tiba-tiba, puluhan mahasiswa dari Universitas Sumatera Utara, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Sekolah Tinggi Kesehatan Flora, dan warga sekitar Rumah Sakit Adam Malik Medan tengah berwisata di kawasan air terjun dua warna Sibolangit. Akibat banjir tersebut, sebanyak 21 orang dinyatakan hilang. (Baca: Tiga Jenazah Banjir Bandang Sibolangit Ditemukan)
SAHAT SIMATUPANG