TEMPO.CO, Bali - Sidang paripurna dengan agenda mendengar pandangan umum diwarnai kericuhan. Penyebabnya, dua organisasi sayap Golkar, Kosgoro dan Soksi, sama-sama memiliki masalah dengan kepengurusan dan sama-sama mengklaim sebagai pemilik suara yang sah.
Kosgoro mengalami dualisme kepemimpinan. Satu sisi dipimpin Aziz Syamsuddin dan sisi lainnya Agung Laksono.
Sementara itu, Soksi mengalami hal yang sama. Satu kubu dipimpin Ade Komarudin, dan kubu lainnya dipimpin Ali Wongso. Ali saat ini menjabat sebagai pelaksana tugas menggantikan Rusli Zainal yang terlibat masalah hukum.
Kericuhan mulai terjadi saat dua ormas ini belum sepakat memilih perwakilan dari organisasi sayap untuk duduk sebagai anggota munaslub. Ketua Pimpinan Munaslub Nurdin Halid sempat menskors sidang 10 menit agar para ormas saling lobi.
Tidak berselang lama, disepakati tidak ada perwakilan dari organisasi pendiri dan yang didirikan. Juru bicara ormas pun menunjuk Ali Yahya dari Satker Ulama mengisi satu kursi yang tersedia.
Baca juga: Nurdin Halid Terpilih Jadi Ketua Pimpinan Munaslub Golkar
"Terima kasih atas kebesaran Pak Agung Laksono, apakah disetujui Pak Ali Yahya?" kata Nurdin di Nusa Dua Convention Center, Badung, Bali, Minggu, 15 Mei 2016.
Palu sidang pun diketuk, menandakan lima kursi pimpinan munaslub terisi. Tidak lama, keributan terjadi di tengah-tengah peserta. Aksi saling dorong pun terjadi.
Satuan petugas keamanan dikerahkan. Mereka terpaksa membawa ke luar pihak yang dianggap menjadi provokator.
Baca: Video Setya Novanto Tertidur, Nurul: Dia Hanya Tidur 3 Jam
Saat petugas keamanan berupaya mengamankan provokator, kericuhan terjadi lagi. Puluhan kader Golkar berdiri di kursi untuk menyaksikan peristiwa itu.
Lagu mars Golkar dinyanyikan dari meja pimpinan sidang. Rupanya trik ini berhasil meredam ketegangan yang ada. Perlahan-lahan kericuhan mereda setelah petugas berhasil mengeluarkan pihak-pihak yang dianggap menjadi provokator.
AHMAD FAIZ