TEMPO.CO, Pangandaran - Dede Irfan Hilmi dan tiga warga negara Indonesia disandera oleh kelompok Abu Sayyaf selama sekitar satu bulan. Mereka disandera di sebuah daerah antah berantah.
"Lokasinya sama. Tapi tidak disatuin," kata Dede saat tiba di kampung halamannya di Cisempu, Desa Ciparanti, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Pangandaran, Sabtu malam, 14 Mei 2016.
Saat disandera, Dede mengaku tidak kepikiran untuk kabur. Dia sama sekali tidak mengenal wilayah hutan tempat penyanderaan. "Kabur juga percuma, mau kabur ke mana," katanya.
Menurut Dede, penyanderaan terjadi usai salat Magrib. Saat hari mulai gelap, kata dia, ada speed boat yang merapat ke kapalnya. "Waktu itu kita enggak nyangka (bakal disandera Abu Sayyaf). Saya kira patroli Malaysia, karena posisi kapal sudah di perairan Malaysia, di Ligitan," katanya.
Speedboat tersebut berwarna loreng. Orang-orang di atas speedboat itu pun berseragam loreng, seperti yang mau patroli. "Enggak nyangka Abu Sayyaf. Ada lima orang di speed boat itu," ujarnya.
Mereka lalu dibawa oleh kelompok bersenjata itu. "Kita diborgol dan dibawa mereka," katanya. Ayah Dede, Ono Suharno tidak berkata banyak pasca anaknya dibebaskan. Dia hanya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak. "Terima kasih," ujarnya.
CANDRA NUGRAHA