TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan lagu daerah Genjer-genjer sebenarnya bersifat umum. Namun, dalam perjalanannya, lagu tersebut dianggap memiliki kedekatan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) saat penyiksaan dan pembunuhan jenderal-jenderal Tentara Nasional Indonesia di Lubang Buaya, Jakarta Timur, 1 Oktober 1965.
"Bagi TNI, lagu ini sangat menyakitkan apabila diingat dalam sejarah G30S," kata Kalla di kantor Wakil Presiden, Jakarta, Jumat, 13 Mei 2016.
Genjer-genjer, kata Kalla, dinyanyikan PKI saat mengiringi penyiksaan dan pembunuhan para jenderal. "Waktu pembantaian para jenderal, diiringi lagu itu. Jadi, mengingatkan pada situasi yang lebih sedih, sangat memilukan, atau menimbulkan kemarahan," kata Kalla.
Pernyataan Kalla itu menyikapi dibubarkannya pertunjukan musik di Mojokerto, Jawa Timur, oleh polisi. Penyebabnya, Mesin Sampink, sebuah grup musik beraliran reggae, menyanyikan lagu Genjer-genjer. Personel band tersebut ditangkap untuk dimintai keterangan.
Penciptaan lagu Genjer-genjer sebenarnya tidak ada kaitannya dengan PKI. Lagu berbahasa Osing, bahasa lokal Banyuwangi, ini diciptakan Muhammad Arief pada 1942.
Dia menciptakan lagu ini pada masa pendudukan Jepang sebagai sindirian kesengsaraan yang dialami rakyat atas pendudukan Jepang. Saking sengsaranya, rakyat hanya bisa makan genjer, semacam tanaman gulma di rawa-rawa yang merupakan makanan itik.
Lagu Genjer-genjer, kata Kalla, tidak bermasalah. "Tapi suasananya yang mengingatkan orang pada suasana pembantaian para jenderal yang menimbulkan kemarahan bersama," ucapnya.
AMIRULLAH