TEMPO.CO, Bekasi - Bebas dari sandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina, Rabu lalu, 11 Mei 2016, nakhoda tug boat Henry, Kapten Moch Ariyanto Misnan, 23 tahun, diminta keluarganya tidak melaut selama satu tahun. "Kerja di darat saja dulu," kata kakak kandung Ariyanto, Indra Purwanto, 26 tahun, Kamis, 12 Mei 2016.
Waktu setahun tak melaut diperlukan untuk menghilangkan trauma setelah ditawan kelompok teroris yang berafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) itu. Keluarga kini berfokus menyambut Ariyanto. Namun keluarga Ariyanto belum bisa memastikan kapan anak ketiga dari lima bersaudara itu tiba di Indonesia. Saat ini Ariyanto sedang bersama otoritas Filipina. "Pak Presiden Jokowi akan menjemput ke sana," ujar Indra.
Ibunda Kapten Ariyanto, Melati Ginting, 52 tahun, tak sabar menanti kedatangan anaknya. Ia tak mendapatkan kabar tentang anaknya hampir sebulan sejak kapal sang anak dirompak pada 15 April 2016. "Biasanya setiap hari menelepon karena dia sangat sayang sama ibunya," tutur Melati.
Melati berharap, dengan dibebaskannya para sandera oleh kelompok Abu Sayyaf, tak ada lagi pembajakan kapal di perairan Filipina. Keluarga meminta pengamanan di perairan itu dijaga lebih ketat untuk menghindari kasus serupa. Sebab, dalam waktu hampir berdekatan, dua kapal menjadi sasaran pembajakan kelompok militan itu.
Tug boat Henry milik PT Global Trans Energy International yang dinakhodai Ariyanto dibajak kelompok militan Abu Sayyaf pada 15 April 2016. Dari sepuluh anak buah kapal, hanya empat orang yang dibawa para sandera. Selama menyandera, kelompok itu meminta tebusan hingga Rp 14,5 miliar.
ADI WARSONO