TEMPO.CO, Jakarta - Sembilan orang tenaga kerja Indonesia (TKI) memilih pulang ke kampung halaman masing-masing dengan biaya sendiri setelah menunggu 4 jam tanpa kepastian di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang. Beberapa di antaranya, hingga malam ini, masih terkatung-katung di sekitar Terminal Rawamangun, Jakarta Timur.
“Sebenarnya, program pemerintah bagus untuk memulangkan para TKI secara gratis. Tapi, kenyataannya di lapangan, kami malah dipingpong sampai sore,” ujar Suwoko Ardiono, TKI yang masih terdampar di sekitar Rawamangun, Jakarta Timur, saat dihubungi, Rabu, 11 Mei 2016.
Suwoko bercerita, ia dan delapan rekannya sesama TKI dari Jeddah tiba di Soekarno-Hatta pukul 14.00. Namun hingga pukul 18.30, kepastian pengantaran pulang dari Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) masih belum terlihat. Ternyata mereka dapat kabar kalau BNP2TKI baru akan mengantarkan pulang esok hari.
Karena tak kunjung mnendapat kepastian, sembilan TKI tersebut memutuskan pulang dengan biaya sendiri. Dari bandara, mereka menaiki bus Damri ke Terminal Rawamangun. “Sudah 5 bulan belum dapat gaji, eh, kami ditelantarkan. Padahal kami hanya ingin bertemu keluarga,” ucap Suwoko.
Setibanya di Terminal Rawamangun, ujar Suwoko, beberapa kawannya yang lelah dan tak tahan ingin pulang ke kampung halaman kemudian membeli karcis bus. Adapun TKI yang pulang dengan swadaya berjumlah enam orang, sedangkan Suwoko dan dua orang rekannya mengungsi di sekitar Terminal Kalideres.
Suwoko dan sembilan TKI lainnya merupakan korban pemutusan hubungan kerja (PHK) massal dari perusahaan Saudi Binladin Group di Jeddah, Arab Saudi. Perusahaan tersebut mengalami kesulitan keuangan setelah pemerintah Arab menghentikan kerja sama dan pembayaran kontraktor utama perluasan Masjidil Haram. Hal ini terjadi akibat insiden jatuhnya crane yang menewaskan ratusan jemaah haji pada September 2015.
BAGUS PRASETIYO
Baca juga:
Pemerkosa Yuyun: Dibui 10 Tahun, Rok Jadi Bukti, Ini Mereka!
Inilah 5 Hal yang Amat Mengerikan di Balik Tragedi Yuyun dan Feby