TEMPO.CO, Bangkalan - Kabupaten Bangkalan berhasil meraih nilai rata-rata tertinggi di Jawa Timur, mengalahkan Kota Surabaya dalam hasil ujian nasional tingkat SMA tahun ini.
Namun, anggota Dewan Perwakilan Daerah, Ahmat Nawardi, meragukan prestasi itu. Ini karena saat bersamaan peringkat integritas seluruh sekolah di Bangkalan rendah. "Soal integritas rendah ini, penilaian langsung Kementerian Pendidikan," katanya, saat meninjau pelaksaan UN tingkat SMP di Bangkalan, Rabu, 11 Mei 2016.
Nawardi menjelaskan yang membuat nilai integritas sekolah di Bangkalan rendah karena jumlah sekolah yang menggelar ujian nasional berbasis komputer masih sangat minim.
Dari 167 lembaga SMA sederajat, baik negeri maupun swasta, hanya tiga SMK yang mampu menggelar UN berbasis komputer, yaitu SMK Negeri 1 dan SMK Negeri 2 Bangkalan serta SMK Nurul Amanah di Kecamatan Tanah Merah.
Menurut Nawardi, hasil nilai UN online dianggap lebih murni dibandingkan UN manual menggunakan kertas. UN kertas dianggap masih rawan kecurangan. "Yang bagus, nilai rata-rata tinggi ketika semua sekolah sudah menerapkan UNBK," ujarnya.
Tidak hanya Nawardi yang ragu, Kepala Dinas Pendidikan Bangkalan Mohni juga merasa ragu. Bahkan dia menyebut keberhasilan Bangkalan meraih nilai rata-rata UN tertinggi di Jawa Timur sebagai sebuah fenomena.
"Jangan gembira dulu, cek lagi, jangan-jangan siswa yang nilainya tinggi diberi tahu gurunya," kata Mohni dengan nada bercanda di hadapan kepala sekolah SMA se-Bangkalan saat pengumuman kelulusan UN beberapa hari lalu.
Menurut data yang diterima dari Kementerian Pendidikan, Mohni melanjutkan, nilai rata-rata UN di Bangkalan mencapai 75. Peringkat dua dan tiga diraih Magetan dan Gresik. Adapun Kota Surabaya nilai rata-ratanya 61. "Sekolah mana yang raih nilai tinggi saya belum tahu karena datanya masih gelondongan," ujarnya.
Meski meraih nilai UN tertinggi, jumlah siswa di Bangkalan yang harus mengulang ujian cukup tinggi, yaitu 34 persen untuk sekolah yang menggelar UN manual dan 60 persen untuk sekolah yang menggelar UN berbasis komputer.
Meski jumlah siswa di sekolah UNBK yang mengulang lebih banyak dibanding UN manual, Mohni menilai nilai yang diperoleh UNBK lebih mantap dibanding UN manual. "Kalau UNBK gak bisa nyontek karena soal tiap siswa diacak sehingga berbeda-beda," katanya menerangkan.
Mohni menambahkan, ke depan pihaknya akan mengupayakan seluruh sekolah bisa menggelar UNBK. Agar prestasi yang diraih Kabupaten Bangkalan tidak diragukan orang. "Kendalanya anggaran terbatas, jadi pengadaan komputer harus bertahap," ungkapnya.
MUSTHOFA BISRI