TEMPO.CO, Malang--Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang, Jawa Timur, Asih Tri Rachmi Nuswantari, mengatakan dalam tiga bulan terakhir jumlah penderita difteri di Kota Malang, Jawa Timur, mencapai 5 ribu jiwa. Jumlah itu mengkhawatirkan mengingat sepanjang 2015 terdapat 17 ribu penderita yang kebanyakan anak-anak.
Meski jumlah penderita difteri banyak, tapi pemerintah daerah belum menetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB). "Bukan kriteria KLB, karena tak ada peningkatan penderita yang signifikan maupun korban meninggal," kata Asih, Selasa, 10 Mei 2016.
Menurut dia saat ini pihaknya baru menerapkan sistem kewaspadaan dini (SKD) difteri. Caranya ialah dengan segera melakukan penyelidikan epidemologi jika ada kasus dan memberikan pengobatan pencegahan berupa erytromicin kepada penderita.
Selain itu juga dilakukan pemeriksaan tenggorokan untuk mengetahui ada kuman difteri tetapi tidak mengalami gejala sakit. "Serta dilakukan outbreak respon imunisasi (ORI) untuk memberikan kekebalan terhadap kontak erat penderita," tuturnya.
Difteri menyerang selaput lendir pada hidung serta tenggorokan. Terkadang difteri juga dapat memengaruhi kulit. Penyakit tersebut tergolong menular dan termasuk infeksi serius yang dapat mengancam jiwa bila terlambat ditangani.
Difteri disebabkan bakteri Corynebacterium diphtheriae dan Corynebacterium ulcerans. Gejala yang tampak berupa membran abu-abu menutupi tenggorokan dan amandel, demam, sakit tenggorokan suara serak, sulit bernapas atau napas yang cepat.
Wahyuni, orang tua siswa sebuah sekolah di Malang khawatir difteri akan mewabah di sekolah. Sebab dari 72 siswa kelas 1 saja, katanya, sebanyak empat siswa yang menderita difteri. Sekitar 42 diantaranya positif carrier. "Takut menular ke siswa lain," katanya.
EKO WIDIANTO