TEMPO.CO, Jakarta - Para ulama dari berbagai negara yang hadir dalam International Summit of The Moderate Islamic Leaders (ISOMIL) sepakat membentuk Jamiyah Nahdlatul Ulama (NU) di negaranya masing-masing. Hal tersebut dideklarasikan dalam acara yang digelar oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jakarta Convention Center, Jakarta, Selasa, 10 Mei 2016.
Dalam keterangan tertulis dari PBNU, Rektor Universitas Kulliyatud Da’wah Lebanon, Syaikh Abdul Nasheer Jabri, mengatakan bahwa nilai-nilai yang dikembangkan oleh NU selama ini dalam membangun peradaban umat telah selaras dengan ajaran Nabi Muhammad SAW, terutama dalam pengembangan moderasi, toleransi, dan peradaban Islam Nusantara.
Menurut Nasheer, paradigma Islam moderat ala NU tersebut harus terus dikampanyekan oleh berbagai pihak. "Karena misi ini adalah hal yang sangat prinsipiil dalam Islam. Islam moderat NU ini bukan milik kelompok tertentu, atau negara tertentu, melainkan memang inilah Islam sesungguhnya yang diajarkan Nabi,” katanya.
Nasheer juga mengkritik sejumlah kelompok seperti Hizbut Tahrir, Al-Qaeda, dan sejenisnya yang berorientasi pada perebutan kekuasaan, pembenturan negara dengan Islam, serta penebaran konflik dan misi perang. “Islam bukanlah hizb, bukan partai, atau pasukan perang. Sebab, Islam bukan fikrul harb, tidak berorientasi pada peperangan. Islam adalah fikrul ummah, yang berorientasi pada pengembangan peradaban umat,” ujarnya.
Karena itu, menurut Nasheer, Islam bertanggung jawab membuat pusat peradaban, pusat pendidikan, pusat kebudayaan, serta pusat ekonomi. Para ulama dari 33 negara peserta ISOMIL lainnya sepakat dengan Nasheer. Ulama dari Lebanon, Yunani, Lithuania, dan Rusia juga ingin meniru ulama-ulama Afganistan yang telah membentuk NU untuk menaungi para ulama di negaranya.
Ulama dari negara-negara lainnya pun berniat mempelajari prinsip moderasi NU dan Pancasila sebagai bentuk gagasan yang akan dikembangkan di negara mereka. Ketua Umum PBNU Kyai Haji Sa’id Aqil Siradj berujar, wawasan Islam Nusantara layak diteladani. “Islam Nusantara akan menjadi spirit bersama para peserta Deklarasi Jakarta sebagai sumbangsih bagi peradaban islam yang menghargai budaya yang telah ada serta mengedepankan harmoni dan perdamaian,” katanya.
Sa'id juga mengatakan, para ulama yang ingin membentuk Jamiyah NU berkomitmen mengembangkan prinsip NU, yakni tawassuth (jalan moderat), tawaazun (keseimbangan), tasaamuh (kelemahlembutan dan kasih sayang), dan i‘tidaal (keadilan). “Dalam cara pandang Islam Nusantara, tidak ada pertentangan antara agama dan kebangsaan. Hubbul watan minal iman, cinta tanah air adalah bagian dari iman,” ujarnya.
ANGELINA ANJAR SAWITRI