TEMPO.CO, Bengkulu - Warga Desa Kasie Kasubun, Padang Ulak Tanding (PUT), Rejang Lebong, Bengkulu, mengenal sosok Yuyun, 14 tahun, sebagai anak penyayang dan rajin. "Sehari-hari dia sering bermain dengan anak saya karena almarhumah memang penyayang anak-anak," kata Widyastuti, seorang bidan desa yang juga tetangga Yuyun.
Yuyun menjadi korban pemerkosaan dan pembunuhan oleh 14 pemuda di desanya. Jasadnya ditemukan dalam kondisi mengenaskan pada 4 April 2016.
Widyastuti mengaku sangat kehilangan gadis kecil tersebut. "Yang paling saya ingat, setiap hari sepulang sekolah dia mampir ke pustu (puskesmas pembantu) minta minum, mungkin haus karena berjalan kaki cukup jauh dari sekolah," cerita Widya.
Yuyun, menurut bidan yang biasa dipanggil Wiwid ini, masih berperilaku seperti anak-anak, tidak seperti anak lain seusianya. "Jika anak seusianya sudah mengenal cowok dan biasa main jauh pake sepeda motor, Yuyun lebih banyak di rumah dan main bola dengan anak saya," ujarnya.
Yuyun dikenang oleh warga sekitar sebagai anak yang supel dan ringan tangan. Dia tidak segan-segan menyapu dan mencuci piring rumah tetangga. Jika ada tetangga yang hajatan, Yuyun pun tidak segan turut membantu, menggantikan ibunya yang biasanya lebih banyak berada di kebun karet milik keluarga.
Seperti juga Wiwid, guru Yuyun di sekolah pun mengenangnya sebagai anak rajin yang sangat penurut. "Biasanya kalau ada apa-apa kita minta bantuan Yuyun karena dia mau kalau kita minta tolong," tutur Maria, guru Yuyun.
Kenangan terakhir Maria kepada Yuyun adalah saat sekolah memberi penugasan membuat pempek. Hari itu Yuyun kebagian tugas membeli udang. "Tapi dia salah beli, dia beli ebi," ucap Maria.
PHESI ESTER JULIKAWATI