TEMPO.CO, Semarang - Organisasi kemasyarakatan Muhammadiyah menggelar halaqah atau workshop tentang nilai-nilai agama yang menolak ajaran terorisme. Acara yang digelar di Universitas Muhammadiyah Semarang itu menghadirkan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan dan sejumlah cendekiawan muslim, seperti Azyumardi Azra.
“Ini bagian dari konsep Islam berkemajuan yang diusung Muhammadiyah, salah satunya mampu menyelesaikan persoalan dalam dirinya. Termasuk persoalan terorisme,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir di Semarang, Selasa, 3 Mei 2016.
Haedar memastikan organisasinya tak akan berubah dan terus melawan terorisme. “Islam dan pandangannya selalu berbasis nilai-nilai ajaran Islam. Tapi kami bergerak dalam kehidupan kebangsaan,” ucapnya.
Muhammadiyah meyakini konsep keislaman Indonesia adalah hidup bersanding dengan bangsa lain dalam pengertian keindonesiaan. Ia menjamin tak ada satu lembar benang kecil dalam organisasinya yang bergerak tanpa integrasi kebangsaan.
“Ini dibuktikan dalam dokumen Muktamar tahun lalu yang cukup lengkap. Muhammadiyah mengakui negara Pancasila sebagai darul ahdi wa syahada. NKRI Pancasila sebagai dasar filosofis menjadi fondasi bangsa dan negara,” katanya.
Direktur Eksekutif Maarif Institute—sebagai salah satu penyelenggara halaqah fiqih terorisme—Fajar Riza Ul Haq menyatakan kegiatan yang digelar melibatkan Muhammadiyah itu merupakan bentuk keresahan atas tindakan terorisme yang selama ini menjadikan pembajakan agama untuk mengeksploitasi ketidakadilan yang rentan memicu frustrasi dan kemarahan.
“Padahal tidak dibenarkan mengancam dan menyebarkan rasa ketakutan. Apalagi menghilangkan nyawa manusia, tanpa proses hukum yang adil,” ujarnya.
Ia menilai terorisme atas nama agama Islam disebabkan oleh penafsiran kitab suci Al-Quran secara sewenang-wenang. “Selama ini kelompok ekstremis dan teroris telah menyalahgunakan konsep-konsep seperti jihad, takfiri, baiat, dan khilafah, untuk tujuan kekerasan dan teror,” katanya.
Karena itu, terorisme sama sekali tidak sesuai dengan ajaran luhur Islam sebagai rahmat bagi semesta. Fajar menyebutkan pesan Al-Quran jelas: membunuh satu nyawa tak berdosa sama harganya dengan merusak alam semesta.
EDI FAISOL