TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla menekankan pentingnya efisiensi penggunaan air dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, di masa mendatang kebutuhan air semakin meningkat, sedangkan sumber air bersih semakin berkurang.
"Salah satu penghematan air bisa dengan penggunaan shower atau pancuran," kata Kalla saat membuka pameran Indonesia Water and Wastewater Expo and Forum (IWWEF), Selasa, 3 Mei 2016, di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta. Penggunaan shower saat mandi, kata Kalla, bisa menghemat penggunaan air hingga 20 persen dibanding dengan gayung.
Menurut JK, penggunaan air untuk mandi, cuci, dan kakus lebih mendominasi dibanding penggunaan air untuk kebutuhan lainnya. Penggunaan air golongan menengah adalah 38 persen untuk mandi, 28 persen untuk toilet, dan 18 persen untuk mesin cuci. Sisanya digunakan untuk kebutuhan lain-lain, seperti makan, minum, dan mencuci tangan.
Dari fakta tersebut, Kalla mendorong masyarakat belajar menghemat penggunaan air, "Kalau Anda mandi dengan gayung, kira-kira Anda membutuhkan 18 liter air, tapi dengan pancuran, cuma 12 liter," kata Kalla. Penggunaan pancuran akan membuat jatuhnya air di badan lebih cepat merata.
Untuk mewujudkan efisiensi tersebut, Kalla juga meminta perusahaan air minum terus meningkatkan kualitas pelayanan air. Tekanan air dan kontinuitas pasokan air harus dijaga agar tidak ada kebocoran pipa air. Sebab, kebocoran pipa akan mempengaruhi tekanan dan pasokan air yang sampai di rumah-rumah pelanggan. "Jangan pagi-pagi mati. Karena itu, tekanannya harus baik. Jangan bocor karena akan pengaruh ke tekanan," ujarnya.
Peningkatan kualitas layanan air itu nantinya diharapkan berpuncak pada air yang bisa langsung diminum. Saat ini air dari perusahaan air minum daerah (PDAM) belum bisa langsung diminum. Masyarakat harus memasaknya terlebih dahulu atau menggunakan air minum kemasan. Selain mahal, penggunaan air minum kemasan merusak lingkungan karena menggunakan plastik. "Kalau air dapat diefisienkan, 10 persen pengeluaran dapat kita perbaiki."
Pameran IWWEF berlangsung pada 3-5 Mei 2016. Forum air minum dan air limbah ini akan mempertemukan para pengelola air minum dan sanitasi, dunia usaha, profesional, akademisi, dan masyarakat, serta pemangku kepentingan di pemerintahan pusat dan daerah. Pameran tersebut diikuti lebih dari 50 perusahaan di bidang utilitas air yang akan memamerkan teknologi terbaru.
Ketua Umum Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (Perpamsi) Rudie Kusmayadi mengatakan IWWEF menjadi momentum untuk mengejar target 10 juta sambungan yang dicanangkan pemerintah. "Dalam konteks ini, di IWWEF kami bisa mengkomunikasikan tentang sosialisasi target 10 juta sambungan. Dari situ kami bisa tahu mau berbuat apa," kata Rudie.
AMIRULLAH
lor:black;background:white;mso-ansi-language:ES-VE'>itas di Filipina yang memberikan informasinya," ujarnya.
Kelompok Abu Sayyaf menyandera ABK kapal Brahma 12 yang melewati perairan Filipina. Awalnya, mereka ingin menculik seorang pengusaha di Pulau Tawi-tawi, Filipina Selatan.
Namun rencana tersebut gagal lantaran pengawalan yang ketat. Selama dalam penyanderaan, 10 orang WNI ditempatkan di tempat yang aman oleh kelompok pimpinan Al Habsy ini.
Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya negosiasi dan diplomasi untuk menyelamatkan para sandera sejak 23 April 2016. Salah satu yang turut membantu negosiasi adalah Yayasan Sukma dan pemerintah otonomi Moro Selatan. Mereka menggunakan pendekatan pendidikan.
Presiden Joko Widodo mengatakan, meski 10 sandera telah bebas, pemerintah Indonesia masih berupaya membebaskan empat ABK WNI lain. Pemerintah pun berencana mengadakan pertemuan dengan Malaysia dan Filipina pada 5 Mei mendatang guna membahas keamanan di perairan perbatasan dan wilayah sekitarnya.
INGE KLARA SAFITRI