TEMPO.CO, Bengkulu – Kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, pada Januari-April 2016 meningkat signifikan dibanding tahun sebelumnya. Lembaga swadaya Cahaya Perempuan Women Crisis Center (WCC) Bengkulu mencatat, terdapat 36 kasus kekerasan seksual dan kekerasan fisik dalam kurun itu.
Angka itu lebih besar 5 persen dibanding pada semester pertama 2015 dengan jumlah kejadian 29. Adapun sepanjang 2015, terjadi 84 kasus kekerasan terhadap perempuan dewasa dan anak.
“Di Rejang Lebong sudah seharusnya ditetapkan status darurat kekerasan terhadap perempuan dewasa dan anak,” kata Manajer Program Cahaya Perempuan WCC Bengkulu, Juniarti Boermans, Senin, 2 Mei 2016.
Yuyun, 14 tahun, murid SMP Padang Ulak Tanding, yang diperkosa 14 orang dan dibunuh pada pertengahan April lalu, adalah salah satu korban kekerasan ini. Jasadnya ditemukan di dasar jurang sedalam lima meter di pinggir hutan Desa Kasie Kasubun, Kecamatan Padang Ulak Tanding.
Kasus ini mendapatkan perhatian banyak pihak melalui tagar #NyalaUntukYuyun. Aksi simpati Indonesia Menyala untuk Yuyun digerakkan untuk menggalang dukungan terhadap penyelesaian kasus ini. “Di saat kita merayakan #hardiknas, ada anak usia 14 tahun yang dirampas masa depan dan hidupnya. Diperkosa 14 orang dan dibunuh!#NyalaUntukYuyun” begitu cuitan Luluk Hamidah lewat akun Twitter-nya. Kartika Jahja mencuit, “#NyalaUntukYuyun. Nyalakan api solidaritasmu untuk Yuyun. Anak 14 tahun yang diperkosa 14 orang kemudian meninggal.”
Selain berbagai cuitan dukungan dengan tagar #NyalaUntukYuyun, puluhan video “Kami Bersama Yuyun” yang memuat aksi menyalakan api ramai di media sosial.
Juniarto mengatakan tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dewasa dan anak itu sangat memprihatinkan, sehingga harus mendapat perhatian semua pihak terutama pemerintah daerah. Pemberlakuan status darurat kekerasan terhadap perempuan dan anak diharapkan bisa mengarahkan dengan jelas dan tegas penyelesaian masalah ini. “Semoga kasus Yuyun ini yang terakhir.”
PHESI ESTER JULIKAWATI