TEMPO.CO, Jakarta - Megawati Soekarnoputri menghabiskan akhir pekannya, Sabtu, 30 April 2016 dan Minggu, 1 Mei 2016 di Surabaya, Jawa Timur. Ia mengajak putranya, Prananda Prabowo Soekarnoputra, juga sejumlah pengurus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Selain menghadiri acara Hari Ulang Tahun Nahdlatul Ulama ke-93 di Pandaan, Pasuruan pada Sabtu malam, Megawati juga memilih blusukan bersama Wali Kota Surabaya Tri Risma Harini, Minggu siang.
Risma menjemput Megawati dan rombongan yang menginap di Hotel Shangri-La, Surabaya. Sekitar pukul 10.00 WIB, Risma membawa Megawati dalam rombongan mobil ke Taman Harmoni, kawasan Keputih, Sukolilo, Surabaya.
Taman ini masih terbilang baru setahun dibangun Risma. Sejak awal 2015, Wali Kota Surabaya ini menanami bekas lahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah dengan berbagai tanaman. Taman tersebut belum sepenuhnya terolah ketika Risma mengajak Megawati ke sana.
Namun jalan-jalan Mega dan Risma ke Taman Harmoni menarik banyak wartawan. Ternyata, selain Megawati dan Prananda, putranya, juga ikut Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto dan Wakil Wali Kota Surabaya Wisnu Sakti Buana.
Satu lagi, yang disorot banyak wartawan adalah kehadiran Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saeful Hidayat. Kehadiran Djarot bersamaan dengan merebaknya isu Risma bakal dihela ke DKI Jakarta setelah Basuki Tjahaja Purnama memilih maju lewat jalur independen dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada 2017 mendatang.
Djarot terlihat hadir dengan kaus bermotif garis, dan sesekali mengobrol dengan Mega dan Risma. Djarot dengan sejumlah orang di rombongan juga bercerita soal jumlah taman di Jakarta, yang tak berbanding lurus dengan jumlah penduduk di sana. Sesekali Jarot ikut bertanya soal bunga yang ditanam Risma. Wali Kota Surabaya ini menjelaskan detail kepada Megawati dan rombongan.
Sesekali rombongan berhenti ketika Megawati berhenti memetik daun lamtoro yang tingginya baru semeter dan daun pohon merak-merakan. Megawati juga memungut biji-biji kering yang jatuh. "Ini bisa jadi bibit, Bu," kata Megawati.
Risma sesekali menjelaskan jenis tanaman yang ada di taman itu sembari menjadi penunjuk arah.
Mega pun menjanjikan ke Risma untuk melengkapi tanaman koleksi vegetasi di taman seluas 8,6 hektare itu. “Saya kan Ketua Yayasan Kebun Raya Indonesia. Beberapa tanaman penghias nanti saya kasih dari berbagai koleksi yang kami punya," ujar Mega kepada Risma.
Wartawan mengikuti ke mana Risma membawa Megawati dan Djarot. Di ujung jalan-jalan keliling taman itu, wartawan langsung menembak kemungkinan Risma diboyong ke Jakarta mendampingi Djarot. Megawati hanya tersenyum saja, termasuk ketika ditanya bagaimana Djarot dan Risma tampak akur sepanjang siang itu.
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto menuturkan, perjalanan hari itu murni semata urusan taman dan bukan politik kekuasaan. “Sebenarnya di sini kita tidak bicara politik kekuasaan. Bu Mega dan Bu Risma menampilkan wajah politik yang seharusnya, politik yang penuh dengan nilai-nilai kemanusiaan, gotong royong, dan pengabdian," kata Hasto. “Karena itu, seluruh dialog antara Bu Mega dan Bu Risma banyak soal perubahan taman-taman kota,” ujarnya.
Menurut Hasto, Megawati akan terus mendorong kebijakan Risma soal taman kota. Bahkan sebagai Ketua Yayasan Kebun Raya Indonesia, Megawati juga akan menyumbangkan tanaman-tanaman khusus. “Bu Mega memang ketua Yayasan Kebun Raya. Beliau meminta kepala-kepala daerah asal PDI Perjuangan bisa membangun taman-taman atau kebun raya yang bisa menjadi tempat bagi warga bertemu,” kata Hasto.
Mega, misalnya, mengusulkan ke Risma agar menanam bunga pacar sebagai pembatas taman yang ada di jalanan Kota Surabaya. Megawati juga akan memberi tanaman sokaraja besar yang biasa berbunga kuning. “Namanya saja sokaraja, jadi rajanya soka,” kata Hasto menirukan ucapan Megawati.
WDA | MOHAMMAD SYARRAFAH