TEMPO.CO, Manado - Sam Barahama, kakak kandung Peter Townsen Barahama, kapten kapal tugboat Brahma 12 yang disandera milisi kelompok Abu Sayyaf di Filipina sejak 28 Maret lalu, mengaku masih menunggu pernyataan resmi pemerintah Indonesia soal dibebaskannya Peter bersama sandera lain, Minggu, 1 Mei 2016.
Saat dihubungi Tempo, Sam, yang berada di Kepulauan Sangihe, mengatakan pihak keluarga menyambut baik berita pembebasan adiknya oleh kelompok Abu Sayyaf itu.
Sebab, sebelumnya keluarga sangat mengkhawatirkan keselamatan Peter setelah mengetahui kabar soal eksekusi sandera lain, yaitu seorang warga negara Kanada, beberapa waktu lalu oleh kelompok militan itu.
"Tapi kami tetap menunggu pengumuman resmi pemerintah Indonesia tentang pembebasan ini," ucap Sam.
Sam juga menjelaskan, dia sudah berkoordinasi dengan perusahaan tempat Peter bekerja. Manajemen perusahaan sudah membenarkan bahwa sepuluh sandera telah dibebaskan, termasuk Peter.
"Saya baru dihubungi perusahaan sepuluh menit lalu dan diberi tahu soal pembebasan ini. Perusahaan hanya bilang kita tunggu saja dipulangkannya para sandera ke Indonesia," ujar Sam.
Saat ditanya, apakah perusahaan telah membayar tebusan seperti yang diminta kelompok itu, Sam menuturkan tidak ada pembicaraan soal pembayaran uang tebusan itu dengan perwakilan perusahaan tadi.
"Pihak perusahaan hanya bilang bahwa kita tunggu saja pernyataan resmi pemerintah serta kapan akan dipulangkan ke Indonesia para sandera yang sudah dibebaskan itu. Soal tebusan, kami tak bicara itu," kata Sam.
Sebelumnya, para milisi kelompok Abu Sayyaf memintakan uang tebusan 50 juta peso atau sekitar Rp 14 miliar untuk membebaskan Peter dan rekan-rekannya.
ISA ANSHAR JUSUF