TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan strategi untuk menyelamatkan belasan warga Indonesia dari kelompok Abu Sayyaf di Filipina telah disusun. "Upaya ada, tapi enggak bisa disampaikan secara terbuka," ujar Pramono saat dicegat awak media di kompleks Istana Merdeka, Selasa, 26 April 2016.
Saat ini sebanyak 14 warga Indonesia disandera kelompok Abu Sayyaf. Mereka dicegat saat berlayar di perairan Tawi Tawi, Filipina. Penyanderaan terjadi dua kali. Pertama, sebanyak sepuluh orang disandera oleh milisi Abu Sayyaf pada 26 Maret lalu. Kedua, pada 15 April lalu, menyusul empat orang Indonesia bersama sejumlah warga Malaysia. Kelompok Abu Sayyaf meminta tebusan sekitar Rp 15 miliar.
Pramono melanjutkan, strategi pembebasan tersebut akan dibahas pada pertemuan antara pemerintah Indonesia dan panglima angkatan bersenjata serta Menteri Luar Negeri Malaysia dan Filipina. Pertemuan itu rencananya berlangsung pekan ini dan diinisiasi langsung oleh Indonesia.
"Polri juga akan dilibatkan dalam pertemuan nanti. Intinya, membahas strategi keamanan di daerah perbatasan dari pembajakan. Kan, intensitasnya terus meningkat. Harapannya, ada kesepahaman sehingga ada kerja sama mencegah penyanderaan," katanya.
Secara terpisah, Kepala Badan Intelijen Nasional Sutiyoso mengatakan strategi yang disiapkan tak akan melibatkan terpidana terorisme Umar Patek. Sebagaimana diketahui, Umar Patek menawarkan diri membantu negosiasi dengan jaringan Abu Sayyaf selama ia diberi keringanan hukuman. "Saya enggak kenal Umar Patek juga," tutur Sutiyoso.
ISTMAN M.P.