TEMPO.CO, Jakarta - Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Muhammad Nurkhoiron mengatakan pihaknya menyelidiki kematian beruntun puluhan warga Desa Karanglo, Kecamatan Kerek. Dari hasil penyelidikan tersebut, Komnas HAM menemukan peningkatan jumlah penderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang tercatat di Puskesmas Kerek.
“Data Puskesmas Kerek menunjukkan, pada 2013, tercatat sebanyak 1.800 warga menderita ISPA. Tahun 2014 tercatat 1.500 warga. Sedangkan tahun 2015 tercatat penderita meningkat drastis, yakni sebanyak 2.056 orang,” kata Nurkhoiron saat dihubungi Tempo, Kamis, 21 April 2016.
Penyelidikan Komnas HAM dilakukan dalam kaitan 28 warga Karanglo yang dikabarkan meninggal dalam kurun 45 hari, terhitung dari Januari hingga akhir Maret lalu. Pada 11-14 April, Komnas HAM mendatangi rumah-rumah warga Karanglo untuk menyelidiki penyebab kematian beruntun di desa yang berjarak 2 kilometer dari PT Semen Indonesia itu. Di desa tersebut, terdapat penambangan batu kapur untuk bahan baku semen.
Dari hasil penyelidikan tersebut, kata Nurkhoiron, Komnas HAM belum bisa memutuskan apakah benar penyebab meninggalnya 28 warga Karanglo adalah pencemaran lingkungan oleh pabrik semen di sana. (Baca: 28 Warga Tuban Mati, Uji Sampel Udara Diserahkan ke Kemenkes)
Komnas HAM masih menggelar uji lab atas kondisi lingkungan di Karanglo ini. Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Penyakit Menular Surabaya telah menguji kualitas udara di Karanglo. Namun hasilnya baru akan diketahui satu setengah bulan lagi.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban dr Syaiful Hadi membenarkan adanya kasus penderita ISPA di area dekat pabrik. Karena itu, harus ada kebijakan khusus di daerah-daerah yang masuk ring 1 industri semen. Misalnya, di daerah bersangkutan harus dipasang alat deteksi kondisi udara. Fungsinya jelas, yaitu mengukur kandungan debu, terutama di perkampungan penduduk. Untuk program ini, pihak Dinas Kesehatan Tuban bekerja sama dengan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Penyakit Menular (BBTKLPM) Surabaya. (Baca: Dinas Kesehatan Tuban: Kasus ISPA di Area Tambang Tinggi)
Sekretaris PT Semen Indonesia Agung Wiharto mengatakan lokasi pabrik berjarak sekitar 2 kilometer dari Desa Karanglo. Namun Semen Tuban punya alat bernama electrostatic precipitator yang berfungsi menangkap debu. Area pabrik juga dilengkapi alat yang berfungsi menahan debu agar tidak keluar. Selain itu, tiap tiga bulan sekali, datang lembaga independen mengawasi kualitas udara di area pabrik.
Agung mencontohkan, kualitas udara di lingkungan Pabrik Semen Tuban kadarnya di bawah 50 miligram normal per meter kubik. Ukuran itu masih jauh dari ambang batas yang ditetapkan pemerintah, yaitu 80 miligram normal per meter kubik.
INGE KLARA SAFITRI | SUJATMIKO | NURHADI