TEMPO.CO, Tuban - Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat Kerek, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Ika Triyana, menolak memberi penjelasan ihwal penyebab meninggalnya 28 warga Desa Karanglo. Menurut dia, penjelasan tentang masalah tersebut akan disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban.
"Silakan tanya ke Dinas Kesehatan. Saya tidak mau berkomentar," kata Ika saat dihubungi, Jumat, 22 April 2016.
Ika juga menolak memberi penjelasan rekam medis puluhan warga yang meninggal dalam kurun 45 hari tersebut. Sebelumnya, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang pada 11-14 April 2016 lalu menginvestigasi kasus itu mengaku belum mendapat hasil rekam medis.
Rekam medis dibutuhkan untuk mengetahui penyebab kematian 28 warga Desa Karanglo. “Kami belum dapatkan itu,” ujar anggota Komnas HAM, Mimin Dwi Hartono.
Data rekam medis, menurut Mimin, bisa diperoleh di Puskesmas Kerek, tempat warga pernah berobat sebelum meninggal. Selain itu, rekam medis bisa diperoleh di rumah sakit setempat. Termasuk rekam medis dua orang yang sakit paru-paru, yang kabarnya juga pernah dirawat di rumah sakit.
Menurut Mimin, di Kecamatan Kerek dan sekitarnya, kasus penyakit seperti infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), bronkitis, dan asma cukup tinggi. Komnas HAM berharap dibuka ruang diskusi bersama, khususnya soal kualitas udara di permukiman penduduk. Apalagi, di sekitar daerah itu, terdapat dua perusahaan semen, yaitu PT Semen Indonesia dan Holcim.
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr. R Koesma Tuban Zainul Arifin menuturkan tidak ada pasien penderita ISPA rujukan dari Puskesmas Kerek. "Kalaupun ada, tidak ada kaitannya dengan kasus itu," katanya saat ditemui Tempo di kantornya, Jumat sore.
NUR HADI