TEMPO.CO, Surakarta- Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo, menebus puluhan ijazah milik lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan) yang tertahan di sekolah. Ijazah itu ditahan lantaran siswa menunggak biaya sekolah.
Sedikitnya ada 925 ijazah yang tertahan di berbagai SMA dan SMK di kota itu. "Itu baru jumlah ijazah yang tertahan di sekolah negeri," kata Hadi Rudyatmo, usai menyerahkan ijazah di Balai Kota Surakarta, Kamis (21/4). Dia juga sedang mendata ijazah yang tertahan di sekolah swasta.
Menurut dia, ijazah itu terpaksa ditahan sekolah lantaran masih ada tunggakan biaya sekolah. "Kebanyakan memang siswa dari keluarga miskin," katanya. Padahal, ijazah itu dibutuhkan untuk melanjutkan kuliah atau mencari kerja.
Meski demikian, Rudyatmo tidak bisa menyalahkan sekolah. "Sebab hingga sekarang memang belum ada solusi tuntas terhadap masalah ini," katanya. Sehingga, menahan ijazah menjadi cara bagi sekolah untuk menjamin tunggakan itu bisa terbayar.
Pemerintah juga kesulitan memberi bantuan kepada lulusan yang menunggak biaya sekolah itu. "Apalagi mekanisme pemberian dana hibah diatur sangat ketat," katanya.
Saat ini, Rudyatmo baru bisa membantu menebus 90 ijazah. "Nanti akan ditebus secara bertahap," katanya. Dia mengaku menggunakan dana dari kantong pribadi untuk menebus ijazah tersebut.
Untuk menebus 90 ijazah itu saja, Rudyatmo mengeluarkan uang hingga Rp 57 juta. "Jumlah tunggakan mereka bervariasi," katanya. Bahkan, ada siswa yang menunggak sejak kelas satu hingga lulus sekolah.Dana tersebut diambilkan dari gaji serta tunjangan operasionalnya, sebagai wali kota. "Sebulan Rp 27 juta," katanya.
Kepala Dinas Pendidikan Surakarta, Etty Retnowati, mengatakan masih mendata ijazah yang masih ditahan di sekolah. "Kami mengupayakan bisa segera diberikan kepada pemiliknya," kata dia.
Menurut Etty, 90 ijazah yang dibagikan telah ditebus oleh wali kota. "Ditebus dengan uang pribadi," katanya. Sebab, penebusan tersebut tidak bisa dilakukan melalui anggaran pemerintah.
Warga Banyuanyar, Munimah, mengaku datang untuk mengambil ijazah anaknya. "Sudah lulus dua tahun lalu," katanya. Menurut Munimah, anaknya memiliki tunggakan uang sekolah Rp 10 juta. Meski tidak mengantongi ijazah, beruntung anaknya yang lulus dari SMK Negeri 2 Surakarta, bisa memperoleh pekerjaan sebagai karyawan pabrik di Jakarta. "Disalurkan oleh sekolah," katanya.
AHMAD RAFIQ