TEMPO.CO, Surabaya - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bersama Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) Kota Surabaya, Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya, Kepala Kepolisian Resor Tanjung Perak, Korem 084 Bhaskara Jaya, Pengadilan Negeri, dan Kejaksaan Negeri Surabaya memantau langsung Pasar Keputran, Selasa malam, 19 April 2016.
Rombongan langsung masuk pasar, naik ke lantai dua yang sebagian besar menjadi tempat hunian atau "rumah" bagi para pedagang. Risma sempat berkomunikasi dengan para pedagang di lantai dua itu. “Ini jeruk kok banyak sekali, ya, Pak? Siapa yang beli, ya?” tanya Risma kepada pedagang.
Rombongan juga sempat melihat hunian para pedagang yang dijadikan tempat tidur selama beberapa tahun ini. Tempat yang terbuat dari tripleks itu terpetak-petak sekitar 1 x 1 meter. Beberapa petak itu sudah kosong, karena sudah berkali-kali dirazia Satuan Pamong Praja Kota Surabaya.
Menurut Risma, pihaknya akan menindak tegas apabila para pedagang yang menghuni lantai dua Pasar Keputran tidak membongkar stan yang dijadikan "rumah". Bahkan ia akan membongkar paksa petak-petak itu apabila sampai 21 April 2016 tidak dibongkar sendiri oleh pemiliknya. “Jadi, kalau tidak dibongkar sendiri, kami yang akan membongkarnya,” kata Risma setelah meninjau petak-petak itu.
Risma memastikan revitalisasi Pasar Keputran akan dilakukan tahun ini. Pasalnya, pihaknya sudah mendata semua pedagang yang berjualan di Pasar Keputran dan yang menghuni petak-petak itu. “Beberapa tahun ini revitalisasi belum bisa. Insya Allah, tahun ini, setelah didata dan clear, kami kembalikan jadi fungsi pasar,” ucapnya.
Risma menambahkan, khusus bagi para pedagang yang menghuni lantai dua Pasar Keputran dan berasal dari luar daerah, Risma akan berkonsultasi dengan Gubernur Jawa Timur Soekarwo untuk mencari solusinya. “Ya, mungkin bisa menggunakan rusun yang dikelola provinsi itu.”
Rata-rata penghuni Pasar Keputran memang berasal dari luar Kota Surabaya, yakni Sampang dan Bangkalan. Mereka menempati stan itu sudah sejak 2001, tepatnya pasca-kerusuhan Sampit.
Koordinator pedagang Pasar Keputran, Nasir, menuturkan para pedagang sebetulnya ingin berdialog dengan Risma untuk menyampaikan keresahannya. Pasalnya, hingga saat ini, banyak pedagang yang menghuni Pasar Keputran tidak memiliki tempat tinggal lain selain stan di lantai dua pasar itu. “Makanya perlu dicarikan solusi. Solusi dari Bu Risma kan tidak ada yang konkret untuk mengatasinya,” kata Nasir setelah dikunjungi rombongan Risma.
Karena itu, apabila tidak ada langkah konkret yang dilakukan Pemerintah Kota Surabaya, para pedagang Pasar Keputran akan menggelar aksi besar-besaran. “Kalau aspirasi melalui media ini tidak didengar beliau, terpaksa kami menggelar aksi,” ujarnya.
MOHAMMAD SYARRAFAH