TEMPO.CO, Badung - Provinsi Bali memperkuat perang melawan rabies dengan putaran ketujuh vaksinasi anjing masal mulai Senin, 18 April 2016, di Desa Munggu, Kabupaten Badung. Upaya ini merupakan bagian dari strategi memberantas rabies secara menyeluruh di Bali.
Sejak 2010, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Pusat berusaha mengendalikan rabies di Bali. Hasilnya jumlah kasus pada manusia menurun 99 persen dan 90 persen pada hewan antara 2011-2013.
Namun, terjadi peningkatan kasus rabies pada manusia dan hewan antara 2014-2015. Tiga kasus kematian pada manusia akibat rabies pada 2014. Lalu 15 kematian manusia akibat rabies pada 2015. Sedangkan kasus rabies pada hewan terkonfirmasi meningkat menjadi 529 pada 2015.
“Tahun ini kita pastikan pelaksanaan vaksinasi rabies akan berjalan lebih baik dari tahun sebelumnya. Pemerintah Pusat telah mengerahkan berbagai sumberdaya untuk memastikan vaksinasi rabies tahun 2016 berhasil, termasuk meminta dukungan dari Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (Food and Agriculture Organization of the United Nations-FAO) dan Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE)," kata Direktur Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, drh. I Ketut Diarmita, M.P.
Untuk menunjang program ini, Posko Rabies sebagai pusat informasi dan komando pemberantasan rabies di Bali telah direvitalisasi dan ditempatkan di Balai Besar Veteriner Denpasar.
Pemerintah Daerah Provinsi Bali, dengan bantuan teknis dan pendanaan dari Pusat, akan memvaksinasi lebih dari 400.000 ekor anjing dalam beberapa bulan mendatang.
Anjing-anjing itu akan diberi kalung khusus sebagai identitas telah divaksin dan terlindungi dari rabies. Tim khusus penangkap anjing dan vaksinator, A-Team, siap melakukan vaksinasi massal di 716 desa di seluruh Bali mulai April sampai dengan Juni 2016.
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian dan FAO bekerjasama memberantas rabies di Bali sejak tahun 2011.
Skema kerja sama baru memberi masukan teknis soal epidemiologi rabies di Bali, melatih A-Team tambahan dan mengembangkan Manajemen Populasi Anjing. Yakni proyek percontohan dan strategi yang dapat diterima Bali dan Indonesia secara keseluruhan.
“Ada satu kebutuhan mendesak untuk membawa kampanye pengendalian dan pemberantasan rabies kembali pada jalur yang tepat melalui program vaksinasi yang lebih giat, intensif dan terkoordinir,” kata Mark Smulders, FAO Representative di Indonesia.
Tim unit reaksi cepat Dinas Peternakan di tingkat kabupaten akan terus merespon kasus-kasus gigitan, menggunakan protokol Tata Laksana Kasus Gigitan Terpadu (TAKGIT) untuk investigasi, respon dan vaksinasi darurat, bekerja sama dengan mitra dari kesehatan masyarakat menggunakan pendekatan One Health.
Pengawasan lalu lintas hewan khususnya anjing juga mendapat perhatian lebih pada tahun ini. Peran Karantina Pertanian sebagai institusi yang bertanggungjawab dalam pengawasan lalu lintas bersama dinas terkait akan memegang peranan penting untuk kesuksesan program pemberantasan rabies di Bali.
Masyarakat Bali diminta membantu dengan membawa anjing mereka untuk divaksin dan mempelajari jadwal vaksinasi di wilayah terdekat. Secara khusus, semua anak anjing yang berusia diatas dua minggu harus dibawa ke dokter hewan untuk divaksinasi rabies.
NATALIA SANTI