TEMPO.CO, Ternate - Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pembajakan kapal tunda TB Henry dan kapal tongkang Cristi di perairan perbatasan Malaysia dan Filipina, Jumat, 15 April 2016, diduga dilakukan oleh kelompok Abu Sayyaf.
"Kemungkinan kapal tersebut dibajak sempalan-sempalannya (kelompok Abu Sayyaf)," katanya di Ternate, Maluku Utara, Senin, 18 April.
Luhut menuturkan pembajakan yang diikuti penculikan empat anak buah kapal itu bermotif sama, yakni meminta tebusan. "Penculikan ini bukan soal ideologi, tapi konteksnya uang, sama seperti Somalia," ujarnya.
Sebelumnya, sepuluh WNI awak kapal pandu Brahma 12 juga diculik kelompok Abu Sayyaf sejak 26 Maret. Mereka meminta tebusan 50 juta peso (Rp 14,3 miliar) untuk pembebasan sandera.
Luhut mengatakan sampai saat ini pemerintah kesulitan membebaskan ke 14 sandera tersebut karena terkendala perbatasan negara. "Kami tidak bisa menggelar operasi militer tanpa persetujuan kongres mereka," ucapnya.
Luhut berujar, sejauh ini kondisi 14 ABK dipastikan dalam keadaan selamat. Sementara itu, upaya pembebasan yang dilakukan pemerintah untuk sandera tersebut ialah memfasilitasi perusahaan untuk bernegoisasi dengan kelompok Abu Sayyaf mengenai tebusan yang diminta.
ABDUL AZIS