TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah menteri dan pejabat negara sudah tiba di Hotel Arya Duta sejak pukul 07.30 untuk menghadiri Pelaksanaan Simposium Nasional 1965. Lewat kegiatan ini, pemerintah Indonesia bertekad tahun menyelesaikan konflik dan trauma peristiwa lampau 1965.
Hotel Arya Duta yang berlokasi di Jalan Prapatan No.44-48 di Jakarta Pusat itu dijaga ketat oleh gabungan kepolisian sektor wilayah Jakarta Pusat. Puluhan petugas berdiri di depan gerbang depan hotel untuk memeriksa setiap tamu yang akan hadir dalam kegiatan Simposium Tragedi 1965.
Simposium ini dihadiri Menteri Koordinator Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, Menteri Dalam Negeri Thahjo Kumolo, Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti dan sejumlah pejabat negara lainnya.
Acara dimulai sekitar pukul 08.45 dengan pembacaan doa, dan sambutan oleh Ketua Panitia Pelaksana Simposium Nasional Tragedi 1965 Suryo Susilo. "Seminar akan berlangsung 2 hari, masing-masing dalam 4 sesi," ujar Suryo di hotel Arya Duta, Jakarta Pusat, Senin, 18 April 2016.
Kata Suryo, simposium ini dihadiri 200 peserta yang terdiri dari akademisi, korban pelanggaran HAM berat, wakil Partai Politik dan Organisasi Masyarakat. Selain itu juga ada lembaga masyarakat yang berkecimpung di bidang HAM.
Sebelumnya Suryo mengatakan penyelesaian kasus 1965 harus mampu mengurai kebenaran peristiwa sehingga tidak terus berlanjut.“Simposium ini diharapkan dapat menjadi perjalanan akhir dari peristiwa yang penuh polemik selama lima puluh tahun ini,” kata Suryo dalam siaran persnya, Ahad, 17 April 2016.
Komisi Nasional HAM mengumumkan bukti pelanggaran HAM berat pada 2012 lalu . Kajian akademik akhirnya dilakukan berbagai kalangan terkait hal ini.
Pembedahan tragedi 1965, ujar Suryo, adalah yang pertama dalam sejarah bangsa Indonesia. Simposium ini akan diadakan selama 2 hari, pada 18-19 April 2016. Para pesertanya akan berdialog dan berdiskusi untuk mencari titik temu penyelesaian masalah tragedi 1965.
YOHANES PASKALIS