TEMPO.CO, Yogyakarta - Setelah memenangkan konvensi calon independen Wali Kota Yogya yang digelar Gerakan Jogja Independent (Joint), sineas Garin Nugroho Riyanto mulai menyusun strategi untuk menghimpun Kartu Tanda Penduduk (KTP) agar dapat memenuhi syarat pencalonannya.
Garin berhasil menyingkirkan empat peserta konvensi calon independen wali kota yang digelar di Jogja Expo Center, Ahad 17 April 2016 lalu. Sineas berusia 54 tahun itu pun bersama pasangannya, Rommy Harianto, seorang konsultan UMKM, pertama-tama segera membentuk unit kerja bernama Dewan Kecamatan.
"Dewan Kecamatan ini menjadi struktur kerja level kecamatan yang selama tiga bulan ke depan akan mengkoordinir, mendata, dan mengumpulkan KTP untuk kami," ujar Garin, pascakonvensi, Ahad, 17 April 2016.
Dewan kecamatan akan dibentuk tersebar di 14 Kecamatan Kota Yogyakarta dan dikoordinir satu unit relawan. Dari kecamatan ini relawan memiliki turunan pengurus kelurahan, kampung, hingga RT/RW.
Garin mengaatakan, pengumpulan 45 ribu KTP sebagai target minimal dapat lolos ditetapkan sebagai calon peserta pilkada Kota Yogya bukan hal gampang. Sehingga struktur dasar untuk menggalang kekuatan melalui Dewan Kecamatan ini sangat krusial bakal terus dipakai untuk menjadi motor gerak hingga proses pemenangan.
Bakal calon wakil Garin, Rommy Harianto menuturkan, ada beberapa upaya untuk meyakinkan masyarakat agar percaya dan akhirnya mau memberikan dukungan melalui KTP. Dewan Kecamatan, menurut dia, tidak hanya akan bekerja menawarkan program yang diturunkan dari platform kerja calon independen.
"Kami akan sambil bergerak memberikan pendidikan dan kesadaran berpolitik dan turun langsung membantu warga memetakan dan menghadapi persoalan riil di lapangan," ujar Rommy.
Garin dan Rommy menegaskan, tak hanya mereka berdua yang akan bergerak di lapangan menggalang dukungan pasca terpilih konvensi. Sebanyak 12 kandidat independen lain yang kalah, sudah bersepakat untuk mendukung pemenangan atas nama calon independen. "Kami tak akan meninggalkan kandidat lain karena gerakan ini tak berbasis figur," ujar Rommy.
Juru Bicara Relawan Joint, Herman Dodi menuturkan, sebelum membentuk Dewan Kecamatan April ini, Joint akan lebih dulu membentuk tim formatur yang nanti bertugas salah satunya mengeksekusi unit-unti kerja yang dibutuhkan untuk pemenangan Garin-Rommy. "Mulai Mei semua sudah terbentuk dan bekerja, termasuk menggerakan ojek KTP untuk jemput bola dukungan dari warga," ujarnya.
Dodi menuturkan, saat ini Joint belum bisa mengetahui bagaimana elektabilitas Garin setelah petahana walikota dan walikota Yogya positif menyatakan maju kembali meskipun pecah kongsi.
Namun, fokus Joint saat ini adalah memetakan dan menarget sasaran pemilih agar memperoleh dukungan signifikan.
Joint memetakan, dengan latar belakang Garin sebagai budayawan dan Rommy sebagai bekas aktivis mahasiswa yang kini bergerak di bidang pemberdayaan UMKM, potensi pemilih mereka di Kota Yogya akan lebih luas. Yakni kalangan anak muda, kalangan kampus, organisasi masyarakat, komunitas seni dan budaya, juga perempuan. "Dengan munculnya petahana lagi yang pecah kongsi, kami belum tahu siapa lawan terberat nanti," ujar Dodi.
Petahana yang dimaksud adalah Wali Kota Yogya Haryadi Suyuti dan Wakil Wali Kota Imam Priyono. Haryadi santer dikabarkan akan diusung tiga partai yakni Golkar, Gerindra, dan PKS. Sedangkan Imam Priyono saat ini dikabarkan mendapat dukungan dari koalisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Amanat Nasional. Namun belum ada deklarasi resmi siapa mendukung siapa.
Relawan Joint saat ini digerakkan oleh sosok-sosok yang memiliki banyak jejaring di kampus. Mereka masuk dalam tim panel yang menguji konvensi. Di antaranya mantan Rektor Universitas Islam Indonesia Edi Suandi Hamis, pengajar pasca Sarjana Universitas Sanata Dharma ST. Sunardi, Direktur Pusat Kajian Anti Korupsi UGM Zaenal Arifin Mochtar, pengajar Universitas Atma Jaya Yogya Lukas Ispandriarno, juga mantan Komisioner KPK Busyro Muqodas, dan banyal akademisi lain.
"Kami akan segera menyusun startegi pemenangan untuk Garin dan total mengawasi agar mereka tak direcoki atau pun salah jalan," ujar Busyro usai konvensi.
Aktivis komunitas Warga Berdaya Yogyakarta Elanto Wijoyono menilai pimpinan daerah idealnya didorong kemunculannya oleh warga, bukan oleh keputusan panitia. Prakarsa Jogja Independent, menurut Elanto secara umum baik sebagai bagian dari pendidikan politik untuk publik. "Namun, untuk proses penyiapan kepemimpinan daerah yang diperlukan dalam waktu dekat, prakarsa ini terkesan dipaksakan," ujar Elanto.
Elanto menuturkan pendaftar bakal calon independen ini muncul dari inisiatif pribadi, bukan murni dari dorongan atau aspirasi warga sebagai basis. "Kemunculan Garin Nugroho sebagai keputusan konvensi oleh panitia JOINT bisa menjadi satu bukti bahwa bakal calon walikota yang muncul belum berbasis pada aspirasi warga," ujarnya.
Pada saat keputusan meloloskan Garin, tim panel menerapkan dua cara pengambilan keputusan. Satu berdasar penilaian tim, dan separo nya berdasar survei pada perwakilan kampung yang hadir.
Elanto menuturkan Joint tidak hanya tertantang untuk memastikan publik Yogyakarta tahu profil dan kapasitas kepemimpinan Garin. Tetapi juga harus memastikan bisa mendapatkan kepercayaan publik.
Dalam waktu yang sangat terbatas ini, menurut Elanto, memunculkan bakal calon wali kota yang tidak memiliki basis dan kepercayaan publik adalah proses berat. Harus ada strategi dan metode yang ampuh untuk bisa melalui tahap-tahap penting tersebut. "Jumlah KTP yang terkumpul untuk memenuhi prasyarat pendaftaran di KPU adalah indikatornya," ujarnya.
PRIBADI WICAKSONO