TEMPO.CO, Bangkalan - Suasana tenang pagi hari di Kampung Duko, Desa Benangkah, Kecamatan Burneh, Kabupaten Bangkalan, Minggu, 16 April 2016, berubah gempar setelah segerombolan anak muda yang hendak lari pagi menemukan mayat di pinggir jalan desa, tepatnya dekat lokasi tambang galian C.
"Ada seutas kawat di leher mayat," kata Amin, warga Kampung Duko. Amin yang sempat melihat wajah mayat dari dekat sebelum polisi datang, memastikan mayat itu bukan salah satu warga di kampungnya. "Bukan warga sini."
Kepala Kepolisian Sektor Burneh Ajun Komisaris Lukas Efendi membenarkan keterangan warga ihwal ada kawat di leher mayat. "Kawat baja," katanya saat ditemui di kamar mayat Rumah Sakit Umum Daerah Syamrabu Bangkalan.
Namun, Efendi mengaku belum dapat memastikan identitas korban karena tidak ditemukan tanda pengenal apa pun di tubuhnya. "Juga tidak ada ciri-ciri khusus di tubuhnya," ucapnya.
Polisi menduga mayat bertubuh gempal, kulit sawo matang, dan berambut ikal gaya Mandarin itu tewas akibat dijerat lehernya menggunakan kawat baja. "Tidak ditemukan luka lain di tubuh korban," tutur Efendi.
Saat ditemukan korban mengenakan kemeja batik warna merah, kaus oblong warga biru pudar, dan celana jins biru langit.
Kepala Kamar Mayat RSUD Bangkalan Sugianto membenarkan bahwa korban tewas akibat jeratan di leher. Hal ini diperkuat kondisi fisik korban, yaitu keluar darah segar dari mulut, gigi mengatup, dan keluar air mani dan kencing dari kemaluannya. "Tapi lidahnya tidak sampai melet," katanya.
Sugianto menambahkan, usia korban diperkirakan berusia 45 tahun, berat badan 90 kilogram, dan tinggi 169 sentimeter. "Korban baru dibunuh karena tubuhnya masih hangat," ungkapnya.
MUSTHOFA BISRI