TEMPO.CO, Malang - Mahasiswa Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang membuat pengawet makanan dari limbah atau ampas tebu. Pengawet cocok digunakan untuk sayuran, buah, dan daging.
Pengawet alami ini dibuat oleh mahasiswa Program Studi Teknik Kimia, Rhezaldian Eka Darmawan dan Surya Diki Andrianto. "Sifatnya melapisi buah agar tak terjadi oksidasi. Makanan menjadi tahan lama," kata Rheza di Malang, Rabu, 13 April 2016.
Lapisan pengawet ini diujicobakan terhadap buah apel. Hasilnya buah apel bertahan selama 75 hari, sedangkan buah apel yang telah dikupas kulitnya bertahan lima hari tak membusuk. "Buah apel langsung bisa dimakan, tak perlu dicuci. Aman bagi kesehatan," ucap Rheza.
Lapisan pengawet ini cocok untuk mengatasi masalah pengiriman buah dan sayuran ke luar negeri. Sebab, jika dikirim tanpa lemari pendingin, buah dan sayuran membusuk dan mengering. Petani pun merugi.
Selama ini, buah apel impor tahan lama karena dilapisi lilin untuk menghambat pembusukan. Padahal lilin berbahaya bagi kesehatan sehingga harus dicuci dan dibersihkan sebelum dimakan.
Hasil karya mahasiswa Unibraw ini meraih juara kedua dalam kompetisi International Engineering Invention & Innovation Exhibition 2016 di University Malaysia. Mereka menyisihkan 400 produk teknologi inovasi kreasi anak muda dari 20 negara, menyisihkan Polandia, Amerika Serikat, Hong Kong, Thailand, Mesir, Irak, Kanada, Arab, Jepang, Cina, Korea Selatan, dan India.
EKO WIDIANTO