TEMPO.CO, Jakarta - Tujuh bulan sudah peristiwa nahas yang dialami Gabriella Sheryl Howard (8) bergulir di ranah hukum. Bocah kelas III itu tenggelam di kolam renang Sekolah Dasar Global Sevilla School, Kembangan, Jakarta Barat, Kamis, 17 September 2015. Orang tuanya, Asip dan Verayanti, tak terima dan mencari keadilan ke penegak hukum.
Pukul 10.00 WIB hari ini, tim Dokter Forensik Rumah Sakit Bhayangkara Said Sukanto dan penyidik Polres Jakarta Barat akan mengautopsi jenazah Gaby, panggilan Gabriella, di pemakaman Garden Of Prosperity & Joy, Mansion Diamond, San Diego Hill Memorial Park, Karawang Barat 2.
"Berkas kematian Gaby kan proses dimasukin ke Kejaksaan. Tapi selalu bolak-balik P19 dan belum lengkap," kata Asip saat dihubungi Tempo, Rabu malam, 13 April 2016. "Nah, sekarang Kejaksaan minta, kalau enggak diautopsi, enggak bakal P21 untuk masuk ke ranah pengadilan."
Asip menuturkan keluarga sebenarnya berat memutuskan mengizinkan jenazah Gaby diautopsi. Tapi ia rela demi mendapat keadilan.
Direktur Global Sevilla School Robertus Budi Setiono, dalam keterangan pers pada Sabtu, 19 September tahun lalu, menyatakan sekolah bertanggung jawab membiayai seluruh biaya untuk mengurus pemakaman Gaby. Sekolah juga mendampingi orang tua sejak di rumah sakit, rumah duka, hingga pemakaman San Diego Hill. "Ini kami lakukan sebagai bentuk tanggung jawab serta dukungan moril dan materiil bagi keluarga," kata Robertus.
Asip mempersoalkan pengawasan pihak sekolah yang ia anggap minim. Sebaliknya, kata dia, sekolah menganggap kematian Gaby sebagai musibah yang tak perlu diperpanjang.Namun Asip tetap menganggap sekolah bertaraf internasional harus memiliki pengawasan lebih.
"Biaya saja Rp 4 juta per bulan dan itu harus dibayar setahun di muka," tutur Asip. "Tapi yang diperoleh apa? Sebanyak 15 murid di kolam renang hanya dijaga satu guru. Anak saya berangkat sehat, pulang dalam kondisi tak bernyawa."
Gaby mengikuti pelajaran berenang bersama 20 temannya. Bocah-bocah itu mulai pelajaran pukul 09.00. Rupanya Gaby tenggelam. Seorang temannya sempat berteriak. Tapi, karena suaranya pelan, guru yang mengawasi tak mendengar. Gaby ditemukan sudah mengambang.
Gaby sempat dibawa ke klinik sekolah untuk pertolongan pertama. Ia kemudian dibawa ke Rumah Sakit Puri Indah, Jakarta Barat. Dokter menyatakan nyawa Gabriella sudah tak tertolong.
Robertus, dalam keterangannya, tak keberatan bila orang tua Gaby melapor ke polisi. Sekolah juga siap untuk kooperatif. Akhirnya, kasus ini ditangani Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kepolisian Resor Jakarta Barat karena banyak anak-anak menjadi saksi. Saat Inspektur Satu M. Taufik Iksan menjabat Kepala Unit PPA Polres Jakarta Barat, penyidik sudah memeriksa lima saksi dan menduga ada unsur kelalaian.
DESTRIANITA KUSUMASTUTI