TEMPO.CO, Banjarnegara - Status tanggap darurat di lokasi bencana tanah longsor Desa Clapar, Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegera, Jawa Tengah, berakhir pada Kamis 14 April 2016. Petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), SAR, dan relawan mulai berkemas meninggalkan lokasi bencana. Tapi penduduk diminta tetap waspada. “Potensi longsor masih bisa terjadi,” ujar Koordinator Tim Reaksi Cepat (TRC), Andri Sulistyo, Rabu 13 April 2016.
Maka, sejumlah personel masih berada di lokasi untuk melakukan pendampingan dan pelayanan kesehatan kepada pengungsi dan penduduk sekitar. “Relawan masih berada di lokasi,” katanya.
Sebelum meninggalkan lokasi, pihaknya juga melakukan sosialisasi, antara lain mengimbau penghuni rumah yang rusak harus segera berpindah ke lokasi yang lebih aman. Penduduk juga diminta untuk mengeringkan kolam atau penampung air, sehingga tidak mengurangi beban tanah.
BPBD juga mengimbau penduduk memakai jalur aman saat beraktifitas. "Kami selalu memberikan peringatan melalui pengeras suara kepada masyarakat untuk tidak melalui jalur longsoran," katanya. Menurut dia, masyarakat setempat masih terlihat melintasi jalur lokasi rawan longsor dari arah Banjarnegara-Pagentan maupun sebaliknya.
Informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Banjarnegara hujan akan turun dalam intensitas sedang hingga tinggi dalam beberapa hari kedepan. “Potensi longsor masih ada apabila curah hujan tinggi,” kata Koordinator SAR Banjarnegara, Slamet.
Dia mengatakan, pada lereng bagian atas bukit di sekitar RT 002 RW 001, terdapat retakan yang terus berkembang. “Sewaktu-waktu retakan itu berpotensi longsor,” ujar Slamet.
Longsor yang terjadi pada 25 Maret 2016 itu membuat jalan penghubung antar-kecamatan terputus. Warga setempat harus melewati jalan setapak di perbukitan sepanjang 1 kilometer. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Tapi, penduduk mengalami kerugian miliaran rupiah karena rumah, tanah, dan tanaman di atasnya hancur diterjang longsor.
Saat ini jumlah pengungsi yang tersisa sebanyak 151 jiwa dari 43 keluarga. Jumlah itu menyusut dari hari sebelumnya 182 jiwa dari 52 keluarga. Sementara jumlah rumah yang rusak berat mencapai 23 unit, satu unit rusak sedang, dan 12 unit rusak ringan.
MUHAMMAD IRSYAM FAIZ