TEMPO.CO, Jakarta - Gerakan Jogja Independent mengumumkan lima bakal calon wali kota-wakil wali kota dari jalur perorangan untuk mengikuti seleksi tahap akhir pada konvensi yang digelar 17 April 2016. Mereka adalah Emmy Yuniarti (peneliti), Rommy Heryanto (konsultan UMKM), Fitri Paulina (PNS Inspektorat Kota Yogya), Garin Nugroho (sutradara), dan Adrie Primera Nuary (karyawan swasta).
Mereka bagian dari 14 nama yang sebelumnya mengikuti tahap prakonvensi pada 10 April 2016. "Mereka berlima lolos konvensi setelah dipilih oleh sembilan panel ahli dari lintas ilmu," ujar juru bicara Relawan Jogja Independent, Herman Dodi, di Kedai Kebin, Yogyakarta, Rabu, 13 April 2016.
Baca: Pilkada Yogya, Garin Nugroho Maju Lewat Jalur Independen
Anggota panel ahli di antaranya mantan komisioner KPK Busyro Muqodas, mantan Ketua Komisi Yudisial Suparman Marzuki, mantan Ketua Forum Rektor Indonesia Edi Suandi Hamid, dan beberapa tokoh di berbagai bidang lain.
Dari 14 peserta yang sempat dijadwalkan mengikuti tahap prakonvensi, ada dua nama berhalangan hadir sehingga otomatis gugur, yakni Siti Ruhaini Dzuhayatin (Wakil Rektor Universitas Islam Negeri Kalijaga Yogyakarta) dan Titok Hariyanto (mantan anggota KPU Kota Yogyakarta).
"Dari lima peserta ini nanti disaring lagi menjadi sepasang, bakal calon wali kota dan wakil wali kota melalui konvensi," ujar Dodi.
Baca: Garin Nugroho Berniat Maju Jadi Calon Wali Kota Yogyakarta?
Hingga konvensi digelar, masyarakat dapat memantau dan memberi catatan kepada lima peserta ini melalui surat elektronik ataupun langsung ke kantor Sekretariat Jogja Independent di Kedai Kebun Yogyakarta Jalan Tirtodipuran, Mantrijeron.
Di antara lima peserta konvensi tersebut, tak ada satu pun yang berlatar belakang politik.
Peserta konvensi paling muda, Emmy Yuniarti, 25 tahun, mengatakan pihaknya akan menjalani dulu semua tahapan sebelum menuju pemilihan wali kota 2017 itu. "Kami tak ingin berwacana visi-misi, tapi benar-benar ingin memenangkan hati masyarakat, saya nothing to lose saja," ujar Emmy.
Baca: Calon Independen Wali Kota Yogya Blusukan
Beda dengan Garin Nugroho. Sineas ini mengaku usahanya selama ini membangun jejaring di berbagai komunitas dan pengalaman dalam dunia seni budaya akhirnya berbuah dengan bisa lolos sampai tahap akhir, yakni konvensi.
"Yogyakarta banyak sumber daya manusia tangguh, yang menjadi tugas ke depan justru membangkitkan spirit kotanya agar sumber daya ini efektif," ujarnya.
Garin pun tak risau dengan adanya keyakinan jika pada pilkada di Yogyakarta, calon yang didukung Keraton Yogya yang akan menang.
Garin menilai, selama ini hubungannya dengan Raja Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X juga baik-baik saja.
"Saya kan juga pernah jadi tim sukses beliau, hubungan masih baik sampai saat ini," ujar Garin enggan membeberkan soal sudah pernah atau belum bertemu Sultan terkait dengan pencalonannya menjadi Wali Kota Yogyakarta itu.
Garin merupakan tim sukses Sultan Hamengku Buwono X pada bursa jelang pemilihan presiden tahun 2008. Garin masuk sebagai Tim Pelangi Perubahan, bersama almarhum musikus Franky Sahilatua untuk mendorong Hamengku Buwono X maju sebagai calon presiden yang didukung Partai RepublikaN.
Kandidat prakonvensi yang tak lolos, yang juga mantan Direktur Utama PT Perhutani, Transtoto Handadanari, menyatakan seleksi prakonvensi sepenuhnya kewenangan panelis ahli.
"Kami yang tak lolos akan tetap mendukung karena ini yang diperjuangkan bukan perorangan-nya, tapi spiritnya untuk Yogyakarta lebih baik," ujarnya.
PRIBADI WICAKSONO