TEMPO.CO, Semarang - Pemerintah Kota Semarang berencana membangun layanan sistem transportasi massal berupa monorel. Rencana itu disampaikan kepada pemerintah pusat dan menjadi prioritas dalam menangani persoalan transportasi di ibu kota Provinsi Jawa Tengah itu. “Kami baru bisa menyerahkan usulan secara tertulis, belum bicara secara langsung,” kata Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, Rabu, 13 April 2016.
Menurut Hendrar, usulan tersebut disampaikan ke Kementerian Pekerjaan Umum. Menurut dia, Kementerian menyatakan setuju dan mendukung percepatan pembangunan infrastruktur di Kota Semarang. “Karena masyarakat memang menginginkan adanya transportasi massal yang murah. Salah satunya gagasan monorel yang terintegrasi,” ujar Hendrar.
Saat ini pemerintah Kota Semarang sudah mengawali dengan layanan transportasi massal dalam layanan Bus Rapid Transit (BRT). Sedangkan pembuatan monorel yang terintegrasi itu akan dilanjutkan sebagai bagian dari program kebijakan pembangunan infrastruktur angkutan massal.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Semarang Agoes Harmunanto menyatakan rencana pembangunan monorel baru tahap kajian. Dia menjelaskan, target waktu dan pembangunan secara teknis menunggu hasil kajian.
Agoes mengatakan kajian dilakukan badan perencanaan daerah dengan melibatkan pakar. Salah satu materi kajian itu adalah kemungkinan dibukanya jalur timur ke barat Semarang. “Kajian itu sekaligus gambaran apakah ada kesulitan dan hambatan,” ujarnya.
Adapun ahli transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno, menilai pembangunan monorel yang digagas pemerintah kota sulit terwujud dalam lima tahun ke depan karena memerlukan anggaran yang tak sedikit. Dia membandingkan dengan di Jakarta yang anggarannya jauh lebih besar saja gagal diwujudkan. “Di sisi lain monorel hanya cocok untuk daerah wisata karena kapasitas angkut yang rendah,” kata Djoko.
Menurut dia, untuk membangun 1 kilometer jalan rel, dibutuhkan Rp 30 miliar, sedangkan monorel Rp 220 miliar. “Biaya itu di luar bangunan depo balai yasa dan pembelian sarana,” ujar Djoko. Biaya beli kereta monorel yang harganya sekitar Rp 7 miliar itu akan semakin tinggi karena dalam satu rangkaian butuh empat kereta, sehingga satu rangkaian membutuhkan Rp 28 miliar. Biaya itu belum dihitung dari sumber daya manusia yang tak mungkin bisa disiapkan dalam waktu tiga tahun. “Jika dibangun 30 kilometer Mangkang-Penggaron, butuh Rp 6,6 triliun, setara satu setengah APBD Kota Semarang,” katanya.
EDI FAISOL