TEMPO.CO, Surabaya - Perusahaan Daerah Taman Satwa Kebun Binatang Surabaya (KBS) masih menunggu hasil uji laboratorium ihwal kematian harimau jantan Sumatera bernama Rama. Pasalnya, uji laboratorium Histophatologi baru akan keluar sekitar 3-4 minggu ke depan. “Agak lama karena yang ditelisik adalah jaringan dari organ,” kata pejabat sementara Direktur Utama KBS Aschta Boestani Tajuddin kepada Tempo, Selasa, 12 April 2016.
Menurut Aschta, hasil otopsi menunjukkan harimau jantan itu gagal jantung. Untuk membuktikannya, maka beberapa organ seperti jantung, lever, dan organ-organ lain yang mencurigakan dijadikan sampel. “Jadi yang dilihat nanti sel dan struktur dari sampel-sampel itu,” tuturnya.
Jantung diuji laboratorium karena memang terlihat ada pembengkakan, yang biasanya tebal berubah menjadi kendor dan tipis. Bahkan, dalam medical record-nya, harimau Rama diklaim memiliki kelainan jantung. "Makanya, kalau memberikan dosis pasti selalu dengan dosis rendah,” ujarnya.
Aschta juga memastikan pendataan dan pemeriksaan kesehatan satwa secara menyeluruh menjadi program utama pembenahan KBS. Meski begitu, masih banyak satwa yang mengalami gangguan kesehatan. “Kalau pendataan dan pemeriksaan kami gelar rutin karena itu program utama.”
Dengan matinya Rama, KBS hanya mengoleksi sembilan harimau Sumatera, yang terdiri atas enam betina dan tiga jantan. Rama mati pada Minggu, 10 April 2016, pukul 18.10. Ia mendapat perawatan intensif sejak 28 Maret 2016. Saat itu, nafsu makan Rama menurun serta terlihat gejala muntah dan batuk-batuk setelah makan.
Sebelum mati, Rama sempat dibius setengah dosis sekitar pukul 09.30. Kala itu, Rama dibersihkan karang giginya serta diobati sariawan dan luka di bawah dagu sebelah kiri. Selain itu, Rama sempat diinfus sebelum mati, tapi dicabut. Kemudian Rama mulai tidak mau makan dan minum, bahkan pergerakan napasnya sudah tidak beraturan dan akhirnya mati pukul 18.10.
MOHAMMAD SYARRAFAH