TEMPO.CO, Parepare - Gelanggang olahraga yang terletak di depan Stadion Mandiri, Kota Parepare, Provinsi Sulawesi Selatan, hingga saat ini terbengkalai. Belum seluruh bagian bangunan yang rampung dikerjakan.
Kenyataan itu disesalkan oleh anggota Komisi III DPRD Kota Parepare, Taufan Armas. Dia mengagendakan untuk meminta klarifikasi kepada instansi terkait ihwal fasilitas olahraga yang dibangun sejak 2007 itu. “Kami sudah melihatnya, memang terbengkalai,” katanya, Selasa, 29 Maret 2016.
Menurut Taufan, terbengkalainya gelanggang olahraga itu akibat tidak jelasnya perencanaan pembangunan oleh Pemerintah Kota Parepare. Belum rampung satu proyek, sudah bangun lagi proyek lainnya. “Biayanya terbuang percuma,” ujarnya, sembari mengatakan harus ada pertanggungjawaban dari instansi yang melaksanakan pembangunan.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Tempo, pembangunan gelanggang olahraga itu dilakukan secara bertahap. Pada 2007 menghabiskan dana Rp 1,5 miliar yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Pada 2009 dilanjutkan lagi dengan biaya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Parepare senilai Rp 5 miliar.
Pada 2010 Kementerian Pemuda dan Olahraga mengucurkan dana Rp 5 miliar agar pembangunan bisa dirampungkan. Namun, gelanggang olahraga yang dibangun di atas tanah seluas 1 hektare itu tak kunjung selesai pembangunannya.
Kepala Dinas Olahraga Pemuda dan Pariwisata Parepare, Ramadhan Umasangaji, mengatakan segera merampungkan pembangunannya. Dalam APBD 2016 sudah disiapkan dana Rp 1,5 miliar. "Kami segera konsultasikan dengan Dinas PU agar segera bisa digunakan," ucapnya. Dia tidak menjelaskan mengapa gelanggang olahraga itu terbengkalai.
Irwan Azis yang pernah menjadi Pejabat Pembuat Komitmen proyek itu mengatakan pembebasan lahan yang belum tuntas menjadi penghambat dirampungkannya pembangunan gelanggang olah raga itu. "Karena tidak selesai, sisa anggarannya dikembalikan ke kas daerah," tuturnya.
Adapun Imran Ramli yang saat itu menjabat Kepala Dinas Pekerjaan Umum mengatakan seharusnya rampung pada 2010. Tapi karena Pemerintah Kota Parepare mengalami defisit anggaran, tidak semua biaya bisa digunakan. Kucuran dana Rp 5 miliar Kementerian Pemuda dan Olahraga hanya digunakan Rp 2 miliar. “Sisanya disimpan dalam kas daerah,” katanya.
Imran juga menjelaskan, dirinya tidak bisa diminta bertanggungjawab atas terbengkalainya pembangunan gelanggang olahraga itu. Dia mengaku tidak mengetahui awal pembangunannya. "Saya tidak tahu proyek itu, karena proyek itu berjalan sebelum saya menjabat Kadis PU, saya cuman melanjutkan saja," ujar lelaki yang pernah menjadi terpidana korupsi pengiriman mobil pemadamkebakaran hibah Jepang pada 2012 itu.
DIDIET HARYADI SYAHRIR