TEMPO.CO, Jakarta - Sesaat setelah disandera, salah seorang awak kapal Brahma 12 sempat menghubungi istrinya melalui telepon bahwa kapalnya disandera, Minggu, 27 Maret 2016.
Syane Repi, anggota keluarga Alfian Elvis Repi, mengatakan awak kapal Brahma itu menghubungi istrinya. "Alfian minta istrinya tidak menghubunginya karena mereka sedang disandera," kata Syane di rumahnya, Jalan Swasembada Barat, Jakarta Utara, Selasa, 29 Maret 2016.
Menurut Syane, keluarga mendapat kabar bahwa suaminya sudah mendarat dan sedang berada di sebuah pulau di sebuah rumah kosong. Kabar tersebut didapat dari perusahaan tempat Alfian bekerja. "Sampai malam ini, kami belum dapat kabar lagi," katanya.
Menurut dia, perusahaan masih bernegosiasi dengan penyandera. Ia berharap pemerintah membantu evakuasi keponakannya yang sejak Januari lalu belum pernah kembali ke rumah dari pelayarannya di Kalimantan. "Kami keluarga bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan kalau pemerintah bisa campur tangan agar keluarga kami bisa bebas," ujar Syane sambil menangis.
Alfian Elvis Repi adalah awak kapal yang disandera kelompok Abu Sayyaf. Kapalnya dikabarkan dibajak di perairan Filipina. Lelaki berdarah Manado yang sudah dikaruniai dua anak ini disandera bersama 10 awak kapal lain. Sampai berita ini ditulis, istri Alfian belum mau ditemui wartawan.
Kementerian Luar Negeri mendapat informasi tentang penyanderaan kapal sejak Senin, 28 Maret 2016. Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi menyatakan pembebasan sandera menjadi prioritas. Penyanderaan dilakukan terhadap kapal tunda Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12, yang berisi 7.000 ton batu bara. Penyandera meminta sejumlah uang tebusan.
ARKHELAUS W