TEMPO.CO, Serang - Maraknya pengerukan pasir laut di perairan Pulo Tunda, Kabupaten Serang dan Perairan Cilegon dituding karena lemahnya pengawasan dan ada mafia perizinan yang bermain dibelakang perusahaan tambang.
Ketua Paguyuban Assalam, lembaga swadaya yang peduli pada lingkungan perairan, Suryanto, mengatakan Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten belum bertindak tegas terhadap pengerukan pasir tersebut. “Bahkan Dinas Pertambangan sengaja membiarkan perusahaan penambangan yang tidak memiliki izin untuk menambang pasir laut,” kata Suryanto, Selasa, 29 Maret 2016.
Menurut Suryanto, mengurus izin pertambangan tidak mudah karena perlu kajian dan survei yang matang. Meskipun sudah mendapatkan izin dari Pemerintah Provinsi Banten, kata dia, namun perusahaan tetap belum dapat beroperasi sebelum mengantongi surat izin kapal keruk (SIKK) dari Kementerian Perhubungan.
Suryanto menambahkan Pemerintah Banten tidak bisa begitu saja mengeluarkan izin penambangan pasir laut, termasuk kepada PT Hamparan Laut Sejahtera dan PT Moga Cemerlang Abadi yang tengah melakukan pengerukan. Sebelum mengeluarkan izin, ucap dia, pemerintah daerah harus melakukan survei mengenai berapa kandungan dan berapa yang boleh diambil pasirnya.
“Karena kalau dibiarkan bebas semaunya melakukan penyedotan pasir, bisa terjadi perubahan arus. Perubahan arus tergambar dari pada beometri,” katanya.
Baca Juga:
Kepala Dinas Pertambangan Provinsi Banten Eko Palmadi mengatakan pihaknya hanya diwarisi problematika penambangan pasir laut oleh Kabupaten Serang. “Kami diwariskan problem seperti ini oleh Serang,” ujar Eko.
Sebelumnya, Direktur Polisi Perairan Kepolisian Daerah Banten Komisaris Besar Imam Thobroni mengancam akan menangkap dua kapal asing pengeruk pasir laut yang terlihat mondar-mandir di Perairan Pulo Tunda dan Perairan Cilegon. Kedua kapal asing tersebut adalah Kapal Vox Maxima dan Kapal Queen of Netherland.
Menurutnya Queen of Netherland yang beroperasi atas nama PT Moga Cemerlang Abadi sedang melakukan survei lokasi. Aktivitas Queen of Netherland yang mondar-mandir terlihat dari marine traffic. “Laporannya sih survei, tapi bolak-balik terus di Perairan Cilegon ke Teluk Jakarta. Kalau tidak sesuai dengan laporannya, Kapal Queen of Netherland akan kami tangkap,” ucap Imam.
WASI’UL ULUM