TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo siang ini bertemu dengan Forum Doktor Ilmu Politik Universitas Indonesia di Istana Merdeka. Sekretaris Jenderal FDIP UI Connie Rahakundini Bakrie mengatakan Presiden Jokowi sempat curhat soal kegaduhan politik yang terjadi belakangan ini.
"Saya ingatkan soal kegaduhan politik yang sangat membingungkan beliau. Beliau bilang, ‘Bu Connie, saya itu baru satu setengah tahun jadi presiden’," kata Connie setelah menemui Jokowi di Kantor Presiden, Senin, 28 Maret 2016.
FDIP, ucap dia, lalu menyarankan bahwa kegaduhan politik bisa direduksi dengan adanya sebuah kepedulian atas keamanan nasional atau national security system. Connie berujar, sistem ini bisa menentukan isu strategis yang bisa diklarifikasi atau diperjelas oleh pemerintah untuk mengurangi kegaduhan yang terjadi. Selain itu, dengan adanya sebuah sistem, presiden dapat dengan mudah berkoordinasi dengan semua kementerian di bawahnya.
Ketua FDIP UI Fred Ndolu menuturkan forum ini juga berdiskusi mengenai visi bangsa yang sudah banyak menyimpang. FDIP, kata dia, menyampaikan kepada Presiden Jokowi bahwa visi bangsa yang dibangun pendiri bangsa telah mengalami penyimpangan atau deviasi. Menurut dia, Jokowi memiliki pemahaman yang sama mengenai penyimpangan visi bangsa itu.
"Beliau ingin memastikan arah bangsa. Mau ke selatan ya selatan, utara ya ke utara. DPR, parpol harus punya visi yang sama, supaya bisa menyelesaikan masalah yang mengemuka," ucapnya. Fred berujar, Presiden juga sempat menyinggung masalah perdagangan bebas yang sudah tak bisa dihindari.
Siang tadi, Jokowi menerima belasan anggota FDIP UI. Selain kegaduhan politik, isu Blok Masela, revolusi mental, visi Indonesia, dan Blok Natuna menjadi bahan diskusi antara Presiden dan forum itu. Anggota FDIP antara lain Fred Ndolu (ketua), Donny Tjahja Rimbawan (sekretaris), Meita Istianda (bendahara), dan Ibnu Khaldun. Pertemuan berlangsung sekitar satu setengah jam.
ANANDA TERESIA