TEMPO.CO, Pekanbaru - Kasus kekerasan terhadap anak dengan cara mutilasi kembali terjadi di Riau. Kali ini korbannya bernama Anjelika Raya Novianti Pardede, 11 tahun, warga Jalan Pandau Jaya, Kecamatan Siak Hulu, Kampar.
Kasus itu terungkap setelah dua minggu kemudian, yakni pada Rabu, 22 Maret 2016 pekan lalu. Jasad korban ditemukan dalam kondisi tinggal tulang belulang yang terpisah di dalam semak belukar, sekitar 20 meter dari pinggir jalan lintas timur, yakni di kilometer 15, Pasir Putih, Kampar. "Saat ditemukan, kondisinya sudah tulang-belulang," kata ayah korban, Salomon Pardede, saat ditemui Tempo, di Markas Polda Riau, Senin, 28 Maret 2016.
Hingga kini Kepolisian Sektor Siak Hulu belum mengetahui motif pembunuhan tersebut. Kasus tersebut kini didampingi Ketua Dewan Pembina Komisi Perlindungan Anak Seto Mulyadi. Pria yang akrab disapa Kak Seto itu masih melakukan audiensi untuk membahas kasus tersebut di bersama Kapolda Riau Brigadir Jenderal Supriyanto.
Salomon menceritakan, peristiwa tersebut bermula saat korban Anjelika berpamitan meminjam buku ke rumah temannya sekitar pukul 15.00 pada 9 Maret 2016. Namun, ketika itu, korban tidak menyebutkan siapa temannya. Hingga pukul 18.00, bocah kelas V sekolah dasar itu tak kunjung pulang ke rumah. "Sampai sore dia tak pulang-pulang," katanya.
Dibantu para tetangganya, Salomon saat itu langsung mencari Anjelika. Namun, hingga pukul 23.00, korban tidak ditemukan. "Dicari ke mana-mana tidak ketemu," tuturnya.
Salomon kemudian memutuskan melapor ke Polsek Siak Hulu, tapi laporan itu belum bisa diterima dengan alasan belum 1 x 24 jam. "Laporan tidak digubris, kami disuruh cari dulu," ucapnya.
Namun, ketika dicari sampai pagi dan korban belum ditemukan, ayah korban kembali melaporkan kasus anak hilang itu ke Polsek Siak Hulu. Namun, hingga dua pekan, polisi tidak berhasil mengungkap kasus itu.
Berselang dua pekan kemudian, setelah Anjelika hilang, warga menemukan sesosok mayat dalam kondisi sudah berupa rangka sekitar 20 meter dari pinggir jalan lintas timur, KM 15, Pasir Putih, Siak Hulu, Kampar. "Yang menemukan jasad anak saya warga sekitar," katanya.
Atas temuan itu, polisi langsung turun ke lokasi ditemukannya korban. Polisi kemudian melakukan otopsi di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Riau. Dari hasil otopsi, ditemukan kecocokan DNA korban dengan ayahnya, Salomon.
Salomon juga yakin kerangka itu adalah anaknya. Di samping hasil uji DNA, barang bukti yang ditinggalkan, seperti sandal, jepit, pakaian, kacamata, dan tas, sama persis dengan milik korban saat pergi meninggalkan rumah. "Saya yakin itu anak saya," tuturnya.
Salomon, yang kecewa terhadap kinerja polisi yang terkesan lamban menangani perkara pembunuhan anaknya itu, mendapat pendampingan dari Komnas Perlindungan Anak untuk mengetahui persis perkara yang saat ini ditangani polisi.
RIYAN NOFITRA
AYAH MARSHANDA PENGEMIS?
Marshanda Rindu Ayah, Benarkah Irwan Yusuf Si Pengemis Itu?
Pengemis Ngaku Ayah Marshanda Sempat Kerja di Bengkel