TEMPO.CO, Bandung - Tim dosen dari Program Studi Meteorologi Institut Teknologi Bandung dan komunitas warga korban banjir Garda Caah menyiapkan sistem baru peringatan dini banjir. Sistem itu telah dirintis sejak 2012, tapi belum berfungsi ideal karena peralatan buatan ITB belum mumpuni.
"Kami minta bantuan ke ITB dan pakai alat seadanya," kata aktivis komunitas Garda Caah (banjir), Riki Waskito, kepada Tempo, Minggu, 27 Maret 2016.
Peralatan itu berupa Automatic Weather Stations (AWS) untuk pengumpulan data cuaca, seperti temperatur, arah dan kecepatan angin, kelembapan, tekanan udara, dan intensitas hujan. Sebanyak empat unit AWS dipasang di Kertasari atau bagian hulu Sungai Citarum, kemudian aliran sungai lain di Pacet, Ibun, dan Paseh. "Penggantian alatnya Mei, sekarang persiapan, sementara masih pakai AWS buatan ITB," kata ketua tim dosen Meteorologi ITB, Edi Riawan.
Fungsi AWS buatan ITB masih terbatas sesuai pendanaan, yakni mencatat intensitas hujan dengan alat tampung seperti timbangan. Datanya dikirim ke server lewat SMS untuk diolah tim lalu disampaikan ke komunitas Garda Caah hingga diinformasikan ke warga lewat SMS atau grup WhatsApp, dan pengumuman di masjid.
Alat itu nantinya akan dikombinasikan dengan Automatic Water Lavel Recorder (AWLR) yang menginformasikan ketinggian air sungai. Selama ini pelaporannya masih manual lewat pemantauan langsung anggota komunitas di aliran Sungai Citarum. "Peringatan dini ini bukan karena kami suka berkegiatan tanggap darurat, tapi karena kami korban yang butuh informasi banjir," ujar Riki.
Hingga 2011, daerah Majalaya menjadi langganan banjir luapan Sungai Citarum. Setelah dinormalisasi, dampaknya berkurang tapi mereka masih mewaspadai banjir bandang yang berbahaya. "Belum lama ada kejadian di desa daerah hulu Citarum," ujarnya.
Peringatan dini banjir, kata Edi, memerlukan data spesifik, seperti curah hujan per jam, data observasi rendaman banjir, hingga skala misalnya 2 x 2 kilometer persegi untuk pemodelan banjir. Beberapa alat dan metode instansi lain, seperti BPBD, Lapan, dan BMKG, belum sesuai kebutuhan. Komunitas Garda Caah (banjir) pun mengalami hal serupa ketika meminta tolong ke instansi pemerintah, hingga akhirnya mereka berharap dibantu ITB.
ANWAR SISWADI
AYAH MARSHANDA PENGEMIS?
Pengemis Ngaku Ayah Marshanda Sempat Kerja di Bengkel
Marshanda Rindu Ayahnya, Diakah Irwan Yusuf Si Pengemis Itu?