TEMPO.CO, Jakarta - Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Johan Budi Sapto Pribowo mengatakan keputusan Presiden Joko Widodo memilih pembangunan kilang di darat untuk Blok Masela di Maluku tidak berkaitan dengan perdebatan keras sejumlah menteri. Menurut dia, Presiden mengambil keputusan dengan matang.
"Putusan ini sudah matang dipikirkan oleh Presiden dengan berbagai pertimbangan. Tidak hanya berkaitan dengan revenue yang diterima negara, tapi juga pengembangan di Indonesia timur," kata Johan di kompleks Istana, Rabu, 23 Maret 2016.
Johan mengatakan Presiden memang mendengar masukan dan kajian dari berbagai pihak sebelum mengambil keputusan. Menurut dia, dalam memutuskan, Presiden Jokowi mendengarkan kajian dan masukan, bukan terpengaruh oleh perdebatan antarmenteri mengenai Masela di ruang publik. "Jadi tidak ada hubungannya dengan gaduh-menggaduh," ujarnya.
Presiden Jokowi baru memutuskan saat ini, Johan melanjutkan, karena sebelumnya menimbang dan mendengarkan masukan serta kajian dari berbagai pihak. Johan mengatakan Presiden ingin mendengar lebih jauh dan rinci mengenai dua skema itu sehingga baru sekarang diputuskan. "Setelah banyak menerima masukan, lalu diputuskan," tuturnya.
Presiden Jokowi siang tadi akhirnya mengumumkan bahwa Blok Masela akan dikelola di darat. Keputusan ini disampaikan Jokowi di sela kunjungan kerja ke Kalimantan. "Dari kalkulasi, perhitungan, dan pertimbangan-pertimbangan yang sudah saya hitung. Kami putuskan dibangun di darat," kata Presiden.
Keputusan Jokowi ini sesuai dengan usulan Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli. Hal ini berarti Jokowi menolak gagasan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said. Kedua menteri sebelumnya berseteru mengenai pengelolaan Blok Masela. Perseteruan mereka sampai menyebabkan kegaduhan di kabinet.
ANANDA TERESIA