TEMPO.CO, Klaten - Perilaku peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang malas membayar iuran per bulan ditengarai menjadi penyebab utama defisit anggaran BPJS.
“Dari 63.417 peserta mandiri (kalangan pekerja bukan penerima upah) di Kabupaten Klaten, hanya sekitar 30 persen yang rutin membayar iuran,” kata Kepala BPJS Kesehatan Kantor Layanan Operasional (KLO) Kabupaten Klaten Indra Martyas pada Rabu, 23 Maret 2016.
Di Klaten, Indra mengatakan, BPJS Kesehatan rata-rata membayar fasilitas kesehatan Rp 40 miliar per bulan. Sedangkan pemasukan BPJS Kesehatan di Klaten per bulan kurang dari Rp 20 miliar.
Menurut Indra, para peserta mandiri BPJS Kesehatan selama ini masih memegang prinsip kebutuhan. Artinya, mereka baru membayar iuran dan melunasi tunggakan ketika jatuh sakit dan harus menjalani rawat inap di rumah sakit.
Dengan prinsip tersebut, jumlah peserta mandiri BPJS Kesehatan di Klaten terbilang masih minim jika dibandingkan jumlah total peserta BPJS Kesehatan yang mencapai 905.021 (70 persen dari total jumlah penduduk 1.292.003 per Maret 2016).
“Para pekerja mandiri dan pekerja bukan penerima upah selain pekerja mandiri baru mendaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan saat mereka membutuhkan perawatan di rumah sakit,” ujar Indra.
Selain karena faktor malasnya peserta mandiri membayar iuran, Indra menambahkan, defisit anggaran BPJS Kesehatan juga diakibatkan biaya medis tidak turun. Selain itu, anggaran BPJS Kesehatan banyak tersedot untuk pengadaan peralatan medis yang menggunakan teknologi canggih, seperti fisioterapi dan radiofrekuensi.
Malasnya sebagian peserta mandiri BPJS Kesehatan membayar iuran juga terjadi di Kabupaten Boyolali. Menurut Kepala Unit Hukum, Komunikasi Publik, dan Kepatuhan BPJS Boyolali, Aminah, pendapatan dari iuran peserta tidak sebanding dengan belanja kesehatan yang dikeluarkan per bulan. BPJS Boyolali membawahi wilayah Boyolali dan Klaten. Total jumlah peserta mandiri di dua kabupaten itu 158.878 orang.
Dari jumlah itu, 34.792 orang di antaranya tidak aktif membayar iuran. “Februari lalu, belanja pelayanan kesehatan bagi peserta BPJS mencapai Rp 58,5 miliar. Sedangkan iuran yang masuk hanya Rp 21 miliar,” tutur Aminah.
Aminah menambahkan, sebagian warga baru mendaftar BPJS Kesehatan setelah menderita sakit kronis, seperti ginjal, leukemia, dan kanker. Padahal penderita ginjal dalam sepekan mesti dua kali cuci darah. Biaya sekali cuci darah berkisar Rp 600-700 ribu.
DINDA LEO LISTY