TEMPO.CO, Klaten - Keluarga Siyono masih meragukan penyebab kematian orang yang dituding kepolisian sebagai teroris ini, meski keterangan resmi kepolisian Siyono tewas akibat menyerang anggota Densus 88 yang mengawalnya. “Saya tidak mau adik saya disebut sebagai terduga teroris,” ujar Wagiyono, kakak kandung Siyono, Senin 21 Maret 2016.
Siyono, 33 tahun, ditangkap anggota Detasemen Khusus 88 Antiteror seusai menunaikan salat Magrib di masjid yang terletak di samping rumahnya, Dukuh Brengkungan, Desa Pogung, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, pada Selasa 8 Maret 2016. Tiga hari kemudian, Jumat 11 Maret 2016, ayah lima anak itu malah dikabarkan tewas. Belakangan, polisi berkilah Siyono tewas setelah berkelahi dengan seorang anggota Densus 88 yang membawanya ke wilayah Prambanan.
Tapi Wagiyono meragukan penjelasan polisi. Menurut dia, Siyono berperawakan kecil. “Tingginya sekitar 160 sentimeter. Badannya seperti saya ini,” kata Wagiyono yang berbadan kurus. Pernyataan senada diungkapkan tetangganya, Mulyono. “Siyono bertubuh sedang, tidak terlalu kurus. Kulitnya putih bersih. Orangnya agak pendiam. Tidak ada gambaran dia jago berkelahi,” ujar Mulyono.
Semula Wagiyono tidak lagi mempersoalkan kematian adiknya. Bahkan Komisi Nasional Hak Azasi Manusia (Komnas HAM) dan Tim Pembela Muslim, yang berupaya membantu keluarga ini menguak kematian Siyono, kesulitan berhubungan dengan Wagiyono. Komnas HAM sempat membujuk Wagiyono dan Suratmi, istri Siyono. agar mengizinkan jenazah Siyono diotopsi guna mencari tahu penyebab pasti kematiannya. Tapi upaya ini ditolak Wagiyono. “Kalau sudah dikubur baru akan diotopsi untuk apa? Sudah terjadi ya sudah,” ujar Wagiyono, Rabu 18 Maret 2016.
Komnas HAM dan Tim Pembela Muslim menduga keluarga Siyono diminta kepolisian tidak banyak bicara. Hingga kini, tim investigasi Komnas HAM masih bekerja mengungkap kematian Siyono. Menurut Komisioner Komnas HAM Siane Indriani, kerja Komnas HAM tidak terpengaruh status Siyono yang disebut sebagai terduga teroris. “Teroris atau bukan itu harus dibuktikan di pengadilan. Jangan diartikan kami membela teroris. Kami membela kemanusiaan,” kata Siane. Guna melengkapi hasil investigasinya, Komnas HAM berencana akan menemui keluarga Siyono di Dukuh Brengkungan.
DINDA LEO LISTY