Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mediasi Anglingkusumo dengan Paku Alam X Buntu  

Editor

Zed abidien

image-gnews
Kanjeng Gusti Pangeran Arya Adipati (KGPAA) Paku Alam X menyapa warga dari dalam kereta Kyai Manik Koemolo saat Kirab Ageng di Jalan Kusumanegara, Yogyakarta, 7 Januari 2015. Kanjeng Bendara Pangeran Haryo (KBPH) Prabu Suryodilogo akhirnya secara resmi dinobatkan menjadi Kanjeng Gusti Pangeran Arya Adipati (KGPAA) Paku Alam X. Proses jumenengan dilangsungkan di Bangsal Sewatama Kadipaten Pakualaman. TEMPO/Pius Erlangga
Kanjeng Gusti Pangeran Arya Adipati (KGPAA) Paku Alam X menyapa warga dari dalam kereta Kyai Manik Koemolo saat Kirab Ageng di Jalan Kusumanegara, Yogyakarta, 7 Januari 2015. Kanjeng Bendara Pangeran Haryo (KBPH) Prabu Suryodilogo akhirnya secara resmi dinobatkan menjadi Kanjeng Gusti Pangeran Arya Adipati (KGPAA) Paku Alam X. Proses jumenengan dilangsungkan di Bangsal Sewatama Kadipaten Pakualaman. TEMPO/Pius Erlangga
Iklan

TEMPO.COYogyakarta - Kisruh Kadipaten Pakualaman Yogyakarta berlanjut. Mediasi antara penggugat, yaitu Anglingkusumo, dan tergugat Paku Alam X mengalami jalan buntu alias deadlock. Sidang pembacaan gugatan akan dimulai minggu depan.

"Mediasi deadlock, sidang dilanjutkan," kata pengacara Paku Alam X, Herkus Wijayadi, di kantor Pengadilan Negeri Yogyakarta, Senin, 21 Maret 2016.

Herkus menyatakan gugatan pihak Anglingkusumo, paman tiri Paku Alam X, memang tidak bisa dikabulkan. Itu terutama soal gugatan kedudukan atau takhta Paku Alam yang diminta oleh penggugat, juga soal bagi-bagi harta milik Kadipaten Pakualaman.

Sebab, sesuai dengan paugeran atau pranata kerajaan tingkat kadipaten, itu sudah jelas. Pengukuhan Wijoseno Hario Bimo sebagai Paku Alam X sudah melalui proses yang panjang. Bahkan sudah kirab dan sudah dilegitimasi oleh berbagai pihak, termasuk dari pemerintahan dan Kraton Ngayogyakarta. "Sri Sultan Hamengku Buwono X dan putri-putrinya hadir, jajaran pemerintahan semua hadir saat jumenengan, itu artinya menunjukkan legitimasi," katanya.

Pihak Anglingkusumo juga mengklaim sudah dikukuhkan, tapi hal itu masih dipertanyakan. Apalagi pengukuhan sebagai Paku Alam X berlokasi di Kulon Progo. Itu dianggap keluar dari paugeran. "Mana ada raja ditempatkan di sebuah pendopo di lokasi yang terpencil, ini tidak masuk akal," kata Herkus.

Herkus menambahkan, Paku Alam X hanya menjalankan amanah sesuai dengan paugeran. Itu juga merupakan amanah dari leluhur kadipaten soal takhta sebagai Paku Alam X. Jelas tidak mungkin ia akan berbagi takhta dengan paman tirinya itu. 

Selain itu, gugatan untuk berbagi harta warisan tidak bisa dipenuhi. Sebab, aset-aset Kadipaten Pakualaman bukanlah milik pribadi-pribadi keluarga, melainkan milik kadipaten. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Dari sekian banyak aset yang dituntut penggugat, itu merupakan aset lembaga. Tidak mudah begitu saja dibagi-bagi. Itu yang dipertahankan oleh Kanjeng Gusti (Paku Alam X). Kalau aset itu dibagi-bagi, itu mengkhianati putra wayah yang lain. Aset dipertahankan sebagai aset bangsa," kata pengacara itu.

Kisruh Kadipaten Pakualaman ini muncul karena pihak Anglingkusumo mengklaim lebih berhak menjadi Paku Alam. Bahkan menjadi Paku Alam IX. Anglingkusumo mengklaim lebih berhak menduduki takhta Paku Alam IX pada 1999.

Wimar Sitorus, pengacara Anglingkusumo, menyatakan pihaknya menggugat Paku Alam X karena dua kali somasi yang dilayangkan tidak ditanggapi.

Somasi itu dilayangkan pada 7 Januari 2016 yang bertepatan dengan jumenengan Paku Alam X. Somasi tersebut meminta Paku Alam X menyadari kekeliruannya karena Wijoseno Hario Bimo diklaim tidak berhak menduduki jabatan Paku Alam.

Sedangkan somasi kedua diberikan pada 7 Februari 2016. Isinya tidak jauh berbeda, yakni ketidaksepakatan keturunan Paku Alam VIII, khususnya dari trah Kanjeng Raden Ayu Retnoningrum dan sesepuh trah Pakualaman, atas pengangkatan Hario Bimo menjadi Paku Alam X. "Kami akan membacakan gugatan pada sidang pertama," kata Wimar.

MUH SYAIFULLAH

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

14 hari lalu

Wisatawan mengunjungi objek wisata Pantai Parangkusumo di Bantul, DI Yogyakarta, Jumat 1 Januari 2021. Pascapenutupan kawasan wisata pantai selatan Yogyakarta pada malam pergantian tahun baru, pengunjung memadati kawasan tersebut untuk menghabiskan libur tahun baru meskipun kasus COVID-19 di Yogyakarta terus meningkat. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

Seorang wisatawan asing asal Hungaria juga dilaporkan sempat terseret ombak tinggi saat sedang melancong di Pantai Ngandong, Gunungkidul, Yogyakarta.


Nyepi Di Candi Prambanan, Polisi Berkuda Patroli dan Tiga Akses Masuk Dijaga Bregada

17 hari lalu

Prajurit Bregada berjaga saat Nyepi di Candi Prambanan Yogyakarta Senin, 11 Maret 2023. Tempo/Pribadi Wicaksono
Nyepi Di Candi Prambanan, Polisi Berkuda Patroli dan Tiga Akses Masuk Dijaga Bregada

Kawasan Candi Prambanan Yogyakarta tampak ditutup dari kunjungan wisata pada perayaan Hari Raya Nyepi 1946, Senin 11 Maret 2024.


Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

20 hari lalu

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta secara simbolik melakukan penutupan TPA Piyungan pada awal Maret 2024. TPA Piyungan selama ini menampung sampah dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Bantul. (Dok. Istimewa)
Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

Penutupan TPA Piyungan diharapkan bakal menjadi tonggak perubahan dalam pengelolaan sampah di Yogyakarta.


Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

21 hari lalu

Sejumlah karya industri kreatif dipamerkan di Pusat Desain Industri Nasional (PDIN) di Yogyakarta.  (Dok. Istimewa)
Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

Yogyakarta memiliki unsur 5K yaitu Kota, Korporasi, Komunitas, Kampung dan Kampus, yang jadi modal mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Kreatif.


Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

27 hari lalu

Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

Baznas hingga saat ini telah melakukan kolaborasi penuh dengan Lembaga Amil Zakat


Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

29 hari lalu

Tradisi Selasa Wagen yang meliburkan para pedagang di kawasan Malioboro Yogyakarta untuk bersih bersih kawasan kembali digelar Selasa (27/2). (Dok. Istimewa)
Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

Selasa Wagen di kawasan Malioboro berlangsung setiap 35 hari sekali merujuk hari pasaran kalender Jawa.


Jurus Yogya Lestarikan Aksara Jawa, Gelar Sekolah Khusus di Seluruh Kampung

35 hari lalu

Salah satu peserta saat mengikuti pembelajaran pawiyatan aksara Jawa di Kota Yogyakarta. (Dok. Istimewa)
Jurus Yogya Lestarikan Aksara Jawa, Gelar Sekolah Khusus di Seluruh Kampung

Pawiyatan aksara Jawa ini digelar serentak di 30 kampung mulai 20 Februari hingga 5 Maret 2024 di Kota Yogyakarta.


Gratis, Tour de Kotabaru Ajak Wisatawan Lari Santai Lintasi Heritage Yogyakarta Pekan Ini

38 hari lalu

Lokasi Boulevard Kotabaru yang memanjang di tengah Jalan Suroto itu berada di kawasan heritage Kotabaru, Yogyakarta. Tempo/Pino Agustin Rudiana
Gratis, Tour de Kotabaru Ajak Wisatawan Lari Santai Lintasi Heritage Yogyakarta Pekan Ini

Kotabaru di masa silam merupakan permukiman premium Belanda yang dibangun Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono VII sekitar 1877-1921.


Malioboro Lengang saat Pemilu, Sultan HB X Beri Pesan untuk Capres-Cawapres dan Pendukungnya

43 hari lalu

Kawasan Titik Nol Kilometer, ujung Jalan Malioboro Yogyakarta tampak lengang saat pelaksanaan Pemilu pada Rabu siang, 14 Februari 2024. (Tempo/Pribadi Wicaksono)
Malioboro Lengang saat Pemilu, Sultan HB X Beri Pesan untuk Capres-Cawapres dan Pendukungnya

Susana berbeda terlihat di kawasan wisata Kota Yogyakarta saat Pemilu. Kawasan yang biasanya ramai oleh wisatawan tampak lengang.


Sultan HB X Beri Pesan Untuk Capres Pasca-Coblosan: Semua Perbedaan dan Gesekan Juga Harus Selesai

43 hari lalu

Gubernur DIY Sri Sultan HB X saat deklarasi damai Pemilu 2024 di Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono
Sultan HB X Beri Pesan Untuk Capres Pasca-Coblosan: Semua Perbedaan dan Gesekan Juga Harus Selesai

Sultan HB X seusai mencoblos hari ini memberikan pesan agar usai Pemilu, semua permasalahan, perbedaan antarcapres selesai.