TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Timor Leste Cirilo Jose Cristovao membantah kabar bahwa Wiji Thukul menerima penghargaan dari Brigada Negra karena menyelundupkan bahan peledak dan merakit bom saat perjuangan kemerdekaan negara itu. “Tidak ada pernyataan Pak Xanana Gusmao (mantan Perdana Menteri Timor Leste) yang menyebutkan soal bom, apalagi kabar Wiji Thukul tewas dibom ABRI,” kata Cirilo saat dihubungi Tempo, Jumat, 18 Maret 2016.
Sebuah kabar yang beredar luas di media sosial menyebutkan Wiji Thukul mendapat penghargaan itu karena memasok dan merakit bom untuk milisi setempat. Kejadian itu disebutkan terjadi sebelum referendum 1999. Cirilo menegaskan bahwa dalam pemberian penghargaan tersebut, Xanana mengatakan kepada Fitri Nganti Wani, putri Wiji Thukul yang menerima penghargaan, perjuangan sang ayah memberi inspirasi bagi perjuangan kemerdekaan Timor Leste.
Cirilo, yang menjadi salah satu pemberi penghargaan di sela "Konferensi Internasional Kedaulatan Laut Timor Leste Adalah Hak yang Tak Terbantahkan" pada 16 Maret 2016 di Ibu Kota Dili, mengatakan penghargaan kepada Wiji Thukul dan teman-teman dari Partai Rakyat Demokratik (PRD) diberikan karena mereka mendukung kemerdekaan Timor Leste.
“Sebagai sesama aktivis di masa Orde Baru, kawan-kawan PRD, termasuk Thukul, sering melindungi teman-teman pro-kemerdekaan Timor Leste, yang saat itu masih kuliah di Jawa,” ucapnya. Cirilo juga menegaskan bahwa penghargaan itu bukan atas nama pemerintah, melainkan atas nama Brigada Negra, sebagai penghormatan di antara sesama pejuang masa Orde Baru.
Xanana, mantan Perdana Menteri dan Presiden Timor Leste, mewakili Brigada Negra, kelompok tentara klandestin yang merupakan bagian dari Falintil—cikal-bakal militer negeri itu. Xanana menyerahkan piagam penghargaan dalam posisinya sebagai mantan Panglima Falintil. Selain Thukul, penghargaan ini diberikan kepada Budiman Sudjatmiko, Wilson, Dita Indah Sari, dan beberapa orang lain.
SITA PLANASARI AQUADINI