TEMPO.CO, Banyuwangi - Virus flu burung yang mewabah di satu dusun di Kabupaten Banyuwangi pada tahun ini diduga masuk dari lalu lintas ternak unggas antar daerah. Lalu lintas yang dimaksud adalah sistem 'boro' atau 'angon' yang dilakukan di masa pembibitan hingga pembesaran si unggas.
Penggembalaan itu memang biasa dilakukan hingga keluar daerah Banyuwangi. "Itik biasa diangkut dengan kendaraan dan dibawa ke daerah lain untuk di-boro," kata Kepala Dinas Peternakan Banyuwangi, Heru Santoso, ketika dihubungi, Kamis 17 Maret 2016.
Sebanyak lebih dari 7 ribu unggas yang didominasi itik telah dipastikan mati akibat terjangkit virus flu burung di Dusun Wringinagung, Desa Sumberjo, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi. Data Dinas Peternakan Kabupaten Banyuwangi menyebutkan, di dusun tersebut terdapat 30 peternak dengan jumlah total populasi unggas sebanyak lebih dari 10 ribu ekor terdiri dari 9 ribu itik, 2 ribu ayam dan sekitar 200 mentok.
Di dusun tersebut memang dikenal sebagai tempat produksi unggas. "Ada dugaan, lalu lintas ternak inilah yang kemudian mengakibatkan unggas terjangkit flu burung," kata Heru.
Namun dia tidak menepikan kemungkinan faktor kebersihan kandang yang kurang terjaga. "Kami sebenarnya juga cukup kaget dengan serangan flu burung yang tiba-tiba itu," kata Heru lagi.
Menurutnya, Dinas Peternakan sudah rutin vaksinasi ternak. Pada 2015, sebanyak 15 ribu vaksin flu burung sudah diinjeksikan. Adapun pascaserangan flu burung yang dilaporkan pada 8 Maret 2016 lalu Dinas Peternakan langsung berkoordinasi dengan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur serta Balai Veteriner Yogyakarta untuk memeriksa ternak di dusun Wringinagung.
Dalam rapid test yang dilakukan, ternyata ribuan unggas yang mati itu terserang flu burung. Hampir bersamaan didapati hasil serupa di satu desa di Lamongan hanya dalam skala dampak yang lebih kecil.
DAVID PRIYASIDHARTA