TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme yang baru, Inspektur Jenderal Tito Karnavian, mengungkapkan bahwa salah satu fokus dia di jabatan barunya adalah rehabilitasi terorisme. Menurut, proses rehab yang ada sekarang kurang bagus.
"Saya sudah punya konsep jelasnya. Doktoral saya kan di bidang itu, pencegahan dan rehabilitasi. Itu yang akan saya jalankan," ujar Tito.
Tito mengatakan, salah satu bukti proses rehab di Indonesia masih buruk adalah masih banyaknya teroris yang kembali melakukan kejahatan setelah direhab. Bahkan, lembaga permasyarakatan yang seharusnya menjadi tempat rehab, malah jadi tempat konsolidasi teroris.
"Bayangkan, saya pernah menangani operasi militer di Aceh, itu semua dikoordinasikan dari Lapas Cipinang oleh Abu Bakar Ba'sir , Wawan Rois, Dul Matin," ujar ia.
Sebelum Tito dilantik, Kepala BNPT sebelumnya yaitu Saud Usman Nasution mengatakan bahwa unsur deradikalisasi, tak terkecuali rehabilitasi, akan menjadi fokus lembaga ke depannya. Hal itu nantinya akan didukung juga dengan revisi UU Terorisme.
Poin pembinaan atau deradikalisasi yang telah dimasukkan ke draft revisi meliputi rehabilitasi selama masa hukuman dan pertolongan usai masa hukuman itu. Salah satunya, misalnya, menyediakan lapangan kerja bagi teroris yang telah keluar dari penjara. "Yang saya inginkan, begitu direhab, mereka tak kembali jadi teroris," ujar Tito mengakhiri.
ISTMAN MP