TEMPO.CO, Jakarta - Upaya islah Partai Persatuan Pembangunan tidak berjalan mulus. Pertemuan yang digelar di rumah mantan Ketua Umum PPP Suryadharma Ali, Rabu malam, 16 Maret 2016, hanya dihadiri kubu M. Romahurmuziy. Kubu Djan Faridz absen.
"Undangan kali ini Pak Djan Fariz tidak hadir dan tidak mengirimkan timnya untuk hadir pada pertemuan sore sampai malam hari ini," kata Romahurmuziy di rumah Suryadharma Ali di Menteng Dalam, Jakarta Selatan, pada Rabu malam, 16 Maret 2016. BACA: Konflik PPP di Sini.
Romy, sapaan Romahurmuziy, mengatakan pertemuan islah tersebut merupakan kelanjutan proses mediasi yang difasilitasi oleh pemerintah, yakni Kementerian Hukum dan HAM, yang telah dilakukan pada 10, 12, dan 14 Maret lalu. Dari kubu Djan Faridz difasilitasi oleh Fernita, sementara kubu Romahurmuziy difasilitasi oleh Rusli Effendy, Hasan Husairi, dan Arwani.
"Tentu sekali lagi kami berharap Pak Djan Faridz pada proses islah selanjutnya tetap mengirimkan tim ataupun hadir, atau membuka pembicaraan agar proses islah PPP ini tidak terganggu," ujar Romy. BACA: Kubu Djan Faridz Tuntut Jokowi Rp 1 Triliun.
Konflik internal PPP terjadi setelah Suryadharma Ali ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi pada 17 Oktober 2014. Karena Suryadharma sebagai ketua umum berhalangan tetap, menurut anggaran dasar dan anggaran rumah tangga partai, maka penanggung jawab beralih pada kolegial ketua umum atau sekretaris jenderal.
Setelah itu, PPP menggelar muktamar di Surabaya yang menghasilkan keputusan melantik Romahurmuziy sebagai ketua menggantikan Suryadharma Ali. Namun, pada 30 Oktober 2014, pengurus partai kubu Suryadharma juga menggelar muktamar di Jakarta. Dalam muktamar itu diputuskan Djan Faridz dipilih menjadi ketua umum. Berbagai usaha islah telah dilakukan PPP versi Muktamar Surabaya, tapi islah belum berhasil mempersatukan dua kubu tersebut.
DESTRIANITA KUSUMASTUTI