TEMPO.CO, Depok - Mantan Ketua Yayasan Penelitian Kekerasan Pelanggaran Hak Asasi Manusia Koesalah Sobagyo Toer meninggal dunia pada usia 81 tahun di Rumah Sakit Graha, Depok, Rabu, 16 Maret 2016. Koesalah adalah adik kandung Pramoedya Ananta Toer. Dia anak keempat Mastoer dan Oemi Saidah.
Kerabat almarhum, Yus Efendi, 75 tahun, mengatakan Koesalah adalah sosok yang pendiam tapi hangat dan penuh kekeluargaan. Belakangan ini, Koesalah memang sering sakit. "Semangatnya sangat tinggi. Di masa tua juga, dia masih bekerja menerjemahkan," ucap Yus di rumah Koesalah, Jalan Turi III Nomor 61, RT 5 RW 10, Kelurahan Kemiri Muka, Kecamatan Beji.
Menantu Koesalah, Dhany Ervananto, menuturkan almarhum mempunyai mimpi besar untuk Indonesia. Mimpinya adalah mendorong minat membaca generasi muda. "Bapak melihat budaya membaca anak muda masih susah. Yang dibaca kadang yang kurang bermanfaat," ujarnya.
Tanda-tanda sakit yang dialami Koesalah tidak ada. Sebab, setiap pagi, menurut Dhany, mertuanya itu selalu senam dan jalan pagi. Keseharian Koesalah, kata dia, membaca dan menulis. "Siang istirahat sebentar, lalu kerja menerjemahkan tulisan dan membaca," ucapnya. Terjemahan terakhirnya yang belum diterbitkan adalah karya Leo Tolstoy dengan judul Perang dan Damai.
Hubungan Koesalah dengan kakaknya, Pramoedya, sangat dekat. Pramoedya dan Koesalah sama-sama menaruh minat pada karya sastra dan menulis. "Bahkan dia juga membantu Pramoedya dalam menulis," tuturnya.
Koesalah menikah dua kali dan memiliki tiga anak. Pernikahan pertama dengan Eti Kurniasih membuahkan putra Ruski Rusiadi. Setelah Eti tiada, Koesalah menikah dengan Utati, kemudian memiliki anak Uliek Mandiri dan Uku Permati.
IMAM HAMDI