TEMPO.CO, Mojokerto - Seniman ludruk yang juga dalang merawat orang dengan gangguan jiwa dan pecandu narkoba di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Di sanggar seni Among Budaya Sastro Loyo di Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Sri Wulung Jeliteng, 57 tahun, kini merawat 43 orang dengan gangguan jiwa dan pecandu narkoba.
Dalam merawat orang-orang itu, Wulung hanya melakukan pendekatan manusiawi. “Bagaimana jelek itu bisa jadi baik. Kami dekati bagaimana cara dan solusinya,” ujarnya, Selasa, 15 Maret 2016.
Mereka diperlakukan layaknya orang waras dan tidak dimanja atau diajari mandiri. “Bangun pagi diajak olahraga, lalu saya suruh mandi sendiri dan sarapan. Siang makan lagi lalu tidur. Sore bangun diberi hiburan musik dan menonton televisi,” katanya. Kemudian malam diberi makan dan makanan ringan sampai tidur kembali. Bahkan terkadang mereka diajak jalan-jalan di lingkungan sekitar. “Agar mereka tahu dunia luar, tidak suntuk hanya di kamar saja,” katanya. (Baca: Sri Wulung, Seniman 'Pawang' buat Orang Gangguan Jiwa)
Orang yang dirawat Wulung bermacam-macam penyebab dan tingkat gangguan jiwanya. “Harus tahu penyebabnya apa. Stres beneran atau kesurupan, pernah jatuh, kebanyakan ilmu, atau karena narkoba,” ucapnya.
Untuk pasien dengan tingkat emosional yang tinggi atau anarkis, Wulung terpaksa mengurungnya di dalam kamar namun tetap diajak komunikasi. Sesekali terdengar suara gaduh dari dalam rumahnya. “Dengarkan, itu pintu kamar didobrak sampai jebol,” katanya. Biasanya, pasien yang baru datang masih sangat labil karena belum terbiasa dengan lingkungan setempat.
Wulung yang dibantu 16 orang pembantu dengan sabar dan telaten membimbing mereka sampai menjadi orang normal dan mandiri. “Semua kami ajari. Kami suruh mandi dan makan sendiri,” tuturnya. Waktu yang dibutuhkan untuk sembuh juga berbeda-beda, bisa bulanan bahkan tahunan.
ISHOMUDDIN