TEMPO.CO, Yogyakarta - Kader Partai Golkar yang juga Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti, menyatakan, menjelang pemilihan kepala daerah awal pada 2017, situasi birokrasi di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta dijamin berjalan normal tanpa gangguan dinamika politik.
Haryadi menegaskan munculnya dukungan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kota Yogyakarta kepada kadernya yang kini menjabat sebagai wakil wali kota, Imam Priyono, untuk maju sebagai calon wali kota pada pilkada nanti tak sedikit pun membuat hubungan keduanya renggang dan mengganggu program pemerintah.
“Saya dan Pak Imam saat ini masih tetap memakai seragam yang sama dan bekerja sesuai tugas sebagai wali kota dan wakil wali kota hingga masa jabatan berakhir. Tak ada masalah, birokrasi tetap melayani normal,” ujar Haryadi, Senin, 14 Maret 2016.
Imam Priyono sebelumnya dipastikan menjadi sosok tunggal yang diusulkan ke DPP PDIP agar mendapat restu untuk maju sebagai calon wali kota pada pilkada Yogyakarta. Keputusan itu diambil saat rapat kerja cabang DPC PDIP Yogyakarta pada akhir Februari lalu. Ketika itu, Imam memperoleh 12 dukungan suara dari total 14 pengurus anak cabang.
“Pencalonan itu hak siapa pun, baik dicalonkan maupun mencalonkan. Yang penting kami masih berfokus menyelesaikan masa jabatan sebaik-baiknya,” kata Haryadi.
Soal sikap terakhir apakah sudah memutuskan akan maju lagi dan berencana menggandeng siapa dari partai apa, Haryadi menjawab diplomatis. “Mengko eneng wayahe dewe (soal itu nanti ada waktunya sendiri), pasti saya sampaikan,” tuturnya.
Partai Golkar Kota Yogyakarta tidak akan bisa mengusung calon sendiri dalam pilkada nanti karena jumlah kursi di parlemen kurang memenuhi syarat minimal delapan kursi. Mau tak mau, jika akan maju lagi, Golkar harus berkoalisi dengan partai lain.
Haryadi mengaku belum menjalin komunikasi serius kepada pihak atau partai tertentu jika ia akhirnya maju lagi sebagai calon wali kota untuk periode kedua. Sejauh ini, selain Imam Priyono, yang siap maju kembali sebagai calon wali kota dari PDIP adalah Arif Noor Hartanto dari Partai Amanat Nasional.
PRIBADI WICAKSONO