TEMPO.CO, Jakarta - Bupati Ogan Ilir Ahmad Wazir Nofiadi masih berada di bawah pengaruh narkoba ketika digelandang petugas Badan Narkotika Nasional (BNN) dari kediamannya di Ogan Ilir, Sumatera Selatan, ke Jakarta. Hingga tiba di gedung pusat BNN pada Senin siang, 13 Maret 2015, Nofiadi belum sepenuhnya sadar untuk diperiksa petugas.
"Dia (Nofiadi) belum bisa diajak bicara, masih dalam pengaruh narkoba. Nanti jawabannya malah melenceng," ujar Kepala BNN Budi Waseso di gedung BNN, Cawang, Jakarta Timur, Senin sore.
Budi mengatakan Nofiadi dan empat orang lain, yang juga ditangkap petugas BNN, sudah diperiksa rambut dan darahnya di Balai Laboratorium Narkoba BNN. "Hasil pemeriksaannya baru muncul setelah 3 hari. Saat ini mereka tertangkap tangan. Status mereka bukan korban," ucap Budi.
Saat pemaparan pengungkapan kasus, Nofiadi, yang berkemeja biru, duduk berjejeran dengan empat pria lain. Berbeda dengan Nofiadi, keempat pria tersebut dalam keadaan diborgol.
Menurut Budi, mereka adalah pengawal dan staf pribadi Nofiadi yang berinisial MU, DA, dan JU, serta seorang pegawai negeri sipil (PNS) berinisial ICN yang menjadi pemasok narkoba yang digunakan Nofiadi.
"Penangkapan Nofiadi berawal dari keterangan ICN yang ditangkap duluan. Dia bekerja di sebuah rumah sakit jiwa di Palembang," kata Budi. Dia menjelaskan, BNN sudah menelusuri pergerakan Nofiadi selama 3 bulan dan akhirnya bergerak meringkusnya pada Ahad malam, kemarin.
"Kami terus memantau dia. Sempat sulit karena sebagai Bupati rumahnya dijaga ketat oleh petugas keamanan dan Satuan Polisi Pamong Praja," tutur Budi.
Nofiadi belum sampai sebulan dilantik menjadi Bupati Ogan Ilir. Menurut Budi, saat pemilihan kepala daerah serentak pada Desember 2015, BNN sudah mengintainya.
"Kami lanjutkan pendalaman sampai setelah pilkada. Tapi jangan ada anggapan bahwa BNN terlibat dalam persaingan para calon kepala daerah di sana (Sumatera Selatan). Kami saat itu memang masih memantau," kata Budi.
YOHANES PASKALIS